08

107 13 3
                                    

"DIA KE RUMAH LO?????" Teriak Lita histeris membuat beberapa temannya yang berada di kelas menoleh kaget.

Keadaan kelas saat ini masih cukup sepi. Hanya ada dua anak di pojok belakang sedang asik menonton video boyband Korea kesukaannya dan di pojok depan sedang fokus membaca novel sambil mendengarkan musik dari headsetnya. Ada juga beberapa tas yang sudah ada di meja masing-masing tapi pemiliknya entah ngeluyur kemana.

"Berisik banget sih lo," omel Ica mengisyaratkan teman dekatnya itu untuk mengecilkan volume suaranya.

Lita yang tersadar langsung menutup mulutnya sesaat, "Kok bisa sih? Ngapain? Terus juga dia dapet nomer hp lo darimana? Gue aja nggak pernah ngasih," kata Lita sudah heboh sendiri.

"Katanya dia dapet dari Dio."

"Dio? Emang Dio punya nomer lo?" Tanya Lita mengernyit bingung.

"Dio dapet dari group kelas katanya,"

"Berani-beraninya ya tuh anak nyebarin nomer lo sembarangan!" Kata Lita sudah hampir mengamuk.

"Nggak apa-apa sih, Ta. Lagian Arga nggak ngapa-ngapain. Dia cuma mau mastiin aja kalo gue baik-baik aja setelah dari mini market itu,"

"Tapi, dia ada nanya-nanya nggak?" Tanya Lita penasaran. Membenarkan posisi duduknya agar lebih menghadap Ica.

"Nanya apa?"

"Ya misalnya nanya kenapa lo kagetnya sampe kaya gitu atau gimana,"

"Enggak sih, dia cuma mikir gue anaknya kagetan. Lagian haphephobia itu penyakit langka. Nggak mungkin ada yang kepikiran kalo gue ngidap itu." Ucap gadis itu yang dibalas dengan anggukan kepala sahabatnya.

"Nathisaaaaa!!!!!"

Panggilan menggelegar itu sontak membuat seluruh murid yang ada di kelas menoleh kaget. Tapi melihat Ardio Gilang Faresta si rusuh yang datang mereka tak terlalu peduli dan kembali ke kegiatan mereka masing-masing.

"Sha sha sha beneran gue minta maaf," kata Dio sudah heboh tak karuan mendatangi tempat duduk Ica dan Lita.

Ica hanya menatapnya bingung tapi juga risih. Apa ya, Dio tuh anaknya heboh banget, Ica belum terbiasa. Walaupun sifat Lita juga sama hebohnya tapi karena Ica baru mengenal Dio jadi Ica masih sedikit canggung.

Beda halnya dengan Ica, Lita justru memutar bola mata malas melihat kelakuan Dio yang sudah lebay pagi-pagi begini.

"Gue beneran minta maaf, Sha. Si Arga tiba-tiba aja ngechat gue minta nomer lo," kata Dio menjelaskan dengan ekspresi memelas seakan benar-benar merasa bersalah.

"Iya iya nggak apa-apa kok," kata Ica sesekali menengok ke tiga teman kelasnya. Merasa tak enak kalau mereka mendengarnya. Tapi sepertinya mereka tidak dengar karena terlalu larut dalam dunia masing-masing.

"Makanya, Yo jadi orang tuh jangan suka nyebar-nyebarin nomer orang sembarangan. Itu kan privasi," kata Lita kini jadi mengomel.

"Ya gue kan excited gitu loh si Arga tiba-tiba minta nomer cewek ke gue. Biasanya kan dia yang dimintain nomernya sama cewek, itupun nggak dikasih sama dia." Kata Dio membela diri. Membuat Lita hanya mencibir saja.

"Tapi serius deh, Sha. Kok bisa sih kalian saling kenal? Kemaren juga waktu Arga nyamperin gue ke kelas kalian lagi berduaan kan di depan," kata Dio mengingat saat Arga mendatanginya ke kelas untuk rapat futsal, dia justru memergoki Arga sedang ngobrol bersama Ica.

"Berduaan apaan???" Tanya Ica mendelik kaget. Merasa pilihan kata 'berduaan' itu terlalu berlebihan. "Dia kan mau nyamperin lo terus kebetulan ada gue di depan ya jadinya dia nanya gue."

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang