39

11 0 0
                                    

Minggu pagi itu Ica keluar rumah untuk membuang sampah di tempat sampah depan rumah agar petugas kebersihan lebih mudah mengambilnya. Saat hendak membuka pagar untuk masuk ke rumah, tiba-tiba terdengar suara klakson motor.

"Nathisa!"

Ica menoleh bingung karena si pemanggil menggunakan helm bogo juga masker. Ia tak mengenali siapa yang memanggilnya.

Paham karena Ica tak mengenalinya, pemuda yang menaiki motor maticnya itu langsung menurunkan masker yang ia pakai.

"Raka?" Ucap Ica heran.

"Kebetulan banget lo ada di depan rumah. Ikut gue sekarang." Ucap Raka yang terdengar seperti terburu-buru.

Ica mengernyit bingung, "mau ngapain?" Pasalnya selain tak tau Raka mau mengajaknya kemana, Ica juga sekarang hanya memakai baju kaos putih bergambar Winnie the Pooh dan cardigan rajut berwarna coklat muda dengan celana tidur panjang. Masa iya dia mau diajak pergi dengan pakaian seperti ini.

"Arga semalem diserang orang."

"HAH?!?!?" Ica terkejut bukan main mendengar berita dari Raka itu.

"Makanya ayok cepetan. Gue mau ke sana sekarang."

"Tapi.... Tapi gue.." bagaimana Ica harus menjelaskan kalau dia mempunyai haphephobia jadi dia tidak bisa menyentuh atau disentuh sembarang orang.

"Kenapa?" Tanya Raka.

Ica diam sejenak. Ingatan saat ia pergi bersama Joshua naik motor kembali melintas di pikirannya. Saat itu ia belum begitu mengenal Joshua seperti sekarang, tapi ia bisa mengendalikan diri dengan baik. Ica juga ingat saat tangannya terulur mengelus puncak kepala Joshua saat pemuda itu menangis. Ia tak merasakan reaksi apapun.

Jadi ia pikir, kali ini juga tak akan masalah.

"Sha?"

Panggilan Raka kembali menyadarkan Ica dari lamunannya. Ia menggeleng kecil mencoba mengembalikan fokusnya.

"Gue ikut. Tapi gue izin dulu sama mama."

"Oke. Jangan lama-lama ya,"

Ica segera masuk ke rumahnya. Mengambil ponsel yang tadi ia letakkan di atas ambal di ruang tengah, lalu menemui sang mama yang tengah membersihkan dapur.

"Ma, aku keluar bentar ya." Ucap Ica sesaat sebelum kembali bergegas keluar karena tak ingin Raka menunggu lama.

Sang mama yang baru sempat membalikkan badannya langsung melihat Ica lari terburu-buru dengan pakaian seadanya.

"Heh? Ca, mau kemana?!" Tanya sang mama yang terkejut karena puteri semata wayangnya itu sudah tak terlihat.

Ica melihat sarung tangan di atas meja dekat tv, tanpa pikir panjang ia mengambil sarung tangan itu dan memakainya, untuk berjaga-jaga. Lalu megambil helm yang ada di pojokan teras rumahnya.

Tak lama ia kembali keluar, Raka masih setia menunggunya di atas motor maticnya. Tanpa basa basi Ica segera naik ke boncengan belakang pemuda itu, dengan menyisakan jarak di antara mereka tentunya.

Tanpa banyak bicara Raka langsung menancap gas. Pemuda itu juga sama kalutnya. Bagaimana tidak, Arga tiba-tiba saja mengirim foto lengannya yang diperban ke group khusus mereka bertiga. Ia bilang semalam ia diserang saat mencoba menolong seorang ibu yang hendak dijambret.

Motor matic Raka tiba di rumah minimalis itu. Ica segera turun dengan Raka yang juga langsung memarkirkan motornya di sisi jalanan. Di sisi lain sudah ada motor ninja yang bisa dipastikan itu milik Kenzie.

"Ayok masuk," ajak Raka pada Ica yang masih memandangi rumah itu. Ica hanya mengangguk kecil dan mengikuti langkah Raka dari belakang.

Pemuda itu menekan bel dari luar pagar. Lalu tak lama seorang pria yang lebih tua beberapa tahun dari mereka berdua muncul dari balik pintu rumah Arga.

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang