13

65 8 4
                                    

Sofi sedikit melirik ke arah ponsel Ica yang ada di meja kecil di sisi kanan tempat tidur. Sejak tadi ponselnya terus berdering tanda notifikasi masuk. Ia tidak berniat membukanya. Bagaimanapun, ia paham kalau puterinya itu sudah dewasa dan punya privasinya sendiri.

Kini Sofi kembali sibuk pada PC nya melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda karena harus buru-buru datang ke sekolah Ica saat Bu Yuna menelepon. Ia juga meminta izin dari pihak kantor untuk melanjutkan pekerjaannya di rumah sakit melalui PC yang ada di genggamannya sekarang.

Kali ini pandangan Sofi kembali teralih pada ponsel Ica saat terdengar nada dering dari telepon seluler itu. Kali ini tanda panggilan telepon masuk.

Arga is calling.......

Sofi mengernyit. Dalam hati bertanya. Arga? Siapa dia? Yang kemarin main ke rumah bukan sih?

Panggilan berakhir sebelum mama Ica sempat menjawab. Tapi tak lama kemudian kembali berdering dengan nama penelepon yang sama.

Kini Sofi memutuskan untuk menjawab telepon. Ia meletakkan PCnya di sisi tempat tidur Ica lalu beralih mengambil ponsel Ica. Menggeser tombol dial hijau dan mendekatkan ponsel tersebut ke telinga kanannya.

"Ha-"

"Lo dimana anjir?? Kenapa daritadi gue chat nggak dibales. Bikin khawatir aja lo. Lo dimana? Lo nggak apa-apa?" Kata Arga langsung menyerbu begitu saja.


Sofi sampai melotot kaget mendapat serangan begitu. Ditelepon dengan nada mengomel dan pertanyaan bertubi-tubi. Ia menjauhkan ponsel Ica dari telinganya, lalu memandang layar ponsel Ica sekali lagi.

"Ini anak kenapa sih?" Gumamnya dalam hati.


Sejak diceritakan Dio tentang kejadian tadi, Arga tidak bisa tenang. Pemuda itu secara terus menerus mengirim pesan dan juga menelepon Ica, tapi tak kunjung mendapat jawaban. Ia sempat bertanya pada Dio, apa Ica dibawa pulang ke rumah atau dibawa ke rumah sakit. Tapi pemuda itu menjawab tidak tau, yang membuat pikiran Arga semakin kacau. Sungguh, Arga sangat khawatir.

"Gue kaget pas Dio cerita tentang kejadian tadi di sekolah. Lo nggak apa-apa? Lo di mana sekarang?" Tanya Arga semakin menuntut jawaban.

Sofi tersenyum, bahkan sampai terkekeh geli. Ia membayangkan bagaimana reaksi pemuda ini kalau tau yang menjawab teleponnya bukan Ica.

"Sha? Kok diem aja? Lo kenapa? Jangan bilang lo jadi takut sama gue?" Tanya Arga makin meracau. "Sha, lo tau kan gue ni baik? Inget nggak gue pernah ke rumah lo bawain martabak? Lo jangan takut sama gue,"


Sofi terkekeh kecil mendengar ocehan pemuda ini, "oh ini yang waktu itu dateng ke rumah?" Tanya Sofi akhirnya bersuara.

Di rumahnya, Arga langsung mematung mendengar suara asing dari seberang telepon. Rasanya seperti di sambar listrik. Ini bukan suara Ica.

"....ini...." Arga tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Rasanya Arga ingin menceburkan diri ke kolam sekarang ikan di rumah sebelah sekarang juga.

"Ini mamanya Ica. Icanya lagi tidur, makanya tante yang angkat." Jawab Sofi seraya tersenyum. Masih terkekeh geli mendengar ocehan pemuda ini tadi. Dan kini membayangkan bagaimana ekspresi kagetnya sekarang.

Sumpah rasanya Arga mau lempar hp terus nyeburin diri ke kolam ikan di rumah sebelah. Mau berubah jadi ikan aja saking malunya.

"Tante.... ini...." Arga masih terbata-bata saking malunya. Ya gimana nggak malu? Arga daritadi langsung ngomong sambil ngomel-ngomel ke mama Ica?!

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang