27

30 3 0
                                    

Joshua sedang mengulang beberapa materi yang baru saja ia pelajari tadi di sekolah. Kebiasaannya memang. Mengulang pelajaran yang baru ia pelajari dan mengasahnya kembali. Agar tidak cepat lupa katanya.

Saat ini Joshua sendirian di rumah. Asisten Rumah Tangga yang bekerja di rumah Joshua baru saja pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Pemuda yang punya wajah manis itu masih fokus berkutat pada soal di hadapannya sebelum akhirnya fokusnya teralih saat ponselnya menyala, menunjukkan ada panggilan telepon yang masuk disana.

Joshua diam sesaat. Memandang nama penelpon yang tertera di layar. Awalnya ia agak ragu untuk menjawab, tapi akhirnya tangannya terulur meraih ponselnya kembali dan menggeser tanda hijau untuk menerima telepon.

Joshua mendekatkan ponselnya di samping telinga kanannya. Ia hanya diam, tidak berniat membuka suara.

"Jo, kamu dimana?"

"Di rumah."

"Saya ada di kafe deket rumah kamu. Bisa kamu keluar sebentar? Saya mau ketemu."

Joshua tidak langsung menjawab. Ia diam sejenak sebelum menghela napas berat. "Hm. Aku kesana." Katanya lalu mengakhiri panggilan itu segera.

Joshua menutup buku-bukunya. Lalu bergegas mengambil asal jaket yang ada di gantungan belakang pintu kamarnya. Ia bergegas keluar menuju kafe yang dimaksud. Karena jarak dari rumahnya ke kafe yang dimaksud tidak terlalu jauh, jadi Joshua lebih memilih untuk berjalan kaki.

Lalu lintas jalan raya cukup ramai malam ini. Joshua menengadah keatas, menatap langit yang terlihat sepi tanpa ada bintang satu pun yang menghiasi. Suasana langitnya terlihat sendu. Terlihat awan-awan gelap perlahan mulai menyelimuti langit.

Joshua menghela napas berat, apa mau turun hujan? Pikirnya.

Pemuda tampan dengan jaket coklatnya itu tiba di salah satu kafe. Ia mengedarkan pandangan, mencoba mencari seseorang yang tadi meneleponnya.

Pandangannya tertuju pada seorang wanita cantik berusia sekitar 30 tahunan yang duduk di salah satu kursi di pojok ruangan tengah fokus pada smartphonenya. Joshua diam sejenak, menarik nafas pelan lalu menghembuskannya dengan cepat seolah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan wanita yang sudah menunggunya itu Joshua bergegas segera menghampiri wanita tersebut.

Merasa ada yang mendekat ke arahnya wanita itu mendongak. Senyumnya mengembang menemukan sosok Joshua berjalan ke arahnya.

"Kenapa Tante mau ketemu aku?" Tanya Joshua to the point. Ia duduk di kursi kosong di hadapan wanita itu dengan meja bundar sebagai pemisah.

Wanita itu tersenyum, "kamu apa kabar? Uang dari papamu bulan ini udah diterima kan?" Tanyanya ramah.

Joshua mengangguk saja sebagai jawaban. Tidak ada niatan untuk menjawab lebih rinci.

"Mama kamu? Masih suka kirim uang juga?"

Lagi-lagi Joshua hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan wanita dihadapannya.

"Tante kebetulan abis dari rumah temen, terus lewat sini jadi mampir deh sebentar." Kata wanita itu masih mencoba mencairkan suasana.

Joshua tidak terlalu merespon banyak. Hanya menunggu wanita di hadapannya ini mengatakan apa tujuannya meminta Joshua datang menemuinya.

Melihat Joshua yang sepertinya kurang nyaman berbincang dengannya, wanita cantik itu menghela nafas pelan. "Saya sama papamu mau pindah ke luar kota."

Ucapan wanita itu membuat Joshua agak meliriknya. Tidak berniat merespon sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya.

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang