38

15 2 0
                                    

Malam itu rumah Lita ramai oleh teman-teman kelas mereka. Seperti yang Lita bilang beberapa hari lalu, dia mengundang teman-temannya untuk datang ke rumahnya untuk merayakan ulang tahun. Acara inti seperti potong kue sudah selesai, kini acara bebas dimana semua orang bisa mencicipi setiap makanan yang disediakan dan bercengkerama dengan santai.

"Kamu adeknya Lita ya? Siapa namanya?" Tanya Nela pada gadis kecil yang malam ini menguncir kuda rambutnya.

Gadis kecil mungil itu menangguk, "Kia." Jawabnya agak malu-malu.

"Imut banget ya nggak kaya kakaknya amit." Sahut Zuan yang langsung dibalas dengan toyolan kepala dari belakang.

"Gue denger ya anjer," protes Lita sewot.

"Buset lagi ulang tahun galak banget." Kata Zuan mengusap kepalanya yang tadi ditoyol Lita.

"Taaa, ini ada temennya lagi,"

Lita menoleh saat suara sang mama memanggilnya. Ia mendapati sang mama berjalan memasuki area taman belakang rumahnya yang cukup luas bersama seorang pemuda tampan yang tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit seakan hilang.

"Dih baru dateng si kocakkk," seru teman-teman yang lain saat Dio dengan santainya melangkah menghampiri Lita.

"Huuuuuu,"

"Bubar bubar ada Dio males,"

Dio tak menggubris sorakan teman-temannya yang lain. Ia hanya melambaikan tangan seolah selebritis yang baru saja datang dan dapat sambutan dari para penggemar.

Lita memandangi pemuda itu dengan ekspresi kesal. Pasalnya pemuda itu datang terlambat tanpa memberi kabar apapun.

"Kenapa disuruh masuk sih, ma?" Ucap Lita pada sang mama yang kini beralih mengurus sang adik, Kia.

"Dih kok gitu sih?" Ucap Dio dengan senyum yang luntur seketika.

"Acara udah selesai ngapain lo baru dateng," kata Lita malas. Gadis itu hendak beranjak pergi menghampiri teman-teman yang lain.

"Tunggu dulu, ih." Dio dengan cepat menahan lengan gadis tomboy yang kini tampil cantik dengan dress biru mudanya. Rambutnya yang ditata rapih dan make up tipis yang terlihat natural membuat Dio diam-diam terpana melihat penampilan berbeda gadis pujaan hatinya itu.

"Nggak usah pegang-pegang," sentak Lita.

"Waduhhh ada ribut-ribut nih, seru kayanya." Ucap Nela mengompori.

"Tan, ini anak sama calon menantunya lagi ribut. Nggak mau dipisahin?" Ucap Zuan pada mama Lita yang hendak memasuki rumah bersama Kia. Sang mama hanya tertawa saja tak menanggapi banyak.

"Udah cantik gini kalo ngambek jadi jelek nggak sih?" Kata Dio mencoba membujuk.

"Idih lo kira gue anak kecil dibujuk begitu,"

"Sorry telat. Tadi nganter mama dulu soalnya tante gue masuk rumah sakit." Kata Dio menjelaskan membuat Lita memandang pemuda itu terkejut.

"Gue nggak sempet ngabarin karena tadi buru-buru banget. Sampe rumah sakit pun gue langsung pamit lagi buru-buru ke sini. Jadi nggak sempet buka hp."

Lita akhirnya luluh juga. Ia mengangguk pelan. Tiba-tiba saja merasa tak enak karena sudah marah pada pemuda itu. "Sorry juga karena nggak denger penjelasan lo dulu."

"Nih," pemuda itu memberikan paper bag kecil berwarna coklat pada Lita. "Happy birthday ya. Gue harap lo selalu bahagia."

"CANGCIMEN CANGCIMEN CANGCIMEN"

"POCARI SWEAT POCARI SWEAT"

"TAHU SUMEDANGNYA KAKAKKKK"

"GUE BERASA NGONTRAK DEH DI SINI"

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang