sakala abhimanyu bukan tipe pemuda yang abid perangainya. presentase agamaisnya pun tidak sempurna, tapi saka bukan pemuda yang suka menunda kewajiban. sederhananya, saat adzan berkumandang, saka lebih dulu menuju mushola ketimbang mengurusi urusan lain. mengisi perut di kantin, contohnya.
"saka? mau ngapain?"
gerakan sang taruna kala membuka sepatu terhenti. ia menoleh sebentar, mendapati sepasang kaki pucat tanpa alas sebelum kembali membuka sepatu serta kaus kakinya.
tanpa mendongak untuk melihat sang empu, saka menjawab, "ya solat, lah. lucu."
nada bicaranya tidak terdengar bersahabat. saka terlalu sering begitu. wulan sih, sudah kebal.
"ya kan kali aja gitu, alasan saka ke sini karena mau liat aku, hehe."
saka menepikan sepatunya ke sisi yang setidaknya tidak akan diinjak-injak orang lewat. sang taruna berdiri, menatap pemudi yang wajah serta rambutnya sedikit basah.
"sudah solat?" tanya saka.
wulan mengangguk, "kalau saka?"
"gak lihat saya baru datang?"
duh, salah nanya. wulan cengengesan dibuatnya. "ya kan bisa aja udah solat..."
saka berdeham sebelum berlalu meninggalkan wulan yang terdiam. wulan menghela napasnya, duduk di tangga mushola sambil memakai kaus kaki. sesekali pemudi itu menoleh —memastikan saka sudah selesai wudhu atau belum, sebelum menghampiri sang taruna dengan wajah serta rambut penuh bulir air.
"saka—"
saka menatap wulan acuh tak acuh, "minggir." ujarnya.
"aku mau kasih tau—"
"wulan! jangan dekat dekat."
wulan terdiam, detik berikutnya gadis itu tersenyum pada sesuatu di belakang saka.
"hai aarav!"
spontan, saka menoleh. tapi tidak mendapati eksistensi aarav di sana. yang di dapat justru sentuhan wulan pada lengan kanannya.
saka tersentak, seperti kaget bukan main atas perbuatan wulan. taruna itu kembali menoleh dengan alis berkerut, "heh! kenapa kamu malah sentuh saya?!" —dan lagi, nggak ada aarav di sini.
dengan polosnya sang hawa menyahut, "wudhu lagi sana, AHAHAHAHA." wulan berlalu dari hadapan saka dengan penuh gelak tawa. sempat menarik atensi beberapa orang di sana.
saka menatap punggung wulan sembari menggeleng keheranan. gadis itu duduk di tangga tempatnya datang tadi dan memakai sepatunya. saka berlalu, kembali ke tempat wudhu.
"SAKAAA PENGUMUMAN OSISNYA HARI INI. AKU TUNGGU KAMU DI KANTIN YAAA, KE MADING BARENG."
saka memejamkan mata guna meredam rasa malunya. sungguh, suara wulan terlampau kencang dan nyaring. ia yakin beberapa orang menaruh atensi padanya.
selepas wudhu, pemuda itu berjalan menuju shaf shalat dengan beberapa pandangan mengarah padanya. sebenarnya saka tidak ambil pusing soal itu. hanya saja, atensi seseorang terhadapnya sedikit mengusik saka.
berjarak 2 shaf di depannya, aarav jamin akarsana yang sedang duduk bersila menoleh dan menatap saka tanpa ekspresi. hanya dalam beberapa sekon saka seperti tau apa arti tatapannya.
aarav seperti menaruh kesal pada saka.
⊹°.⋆ 𝐬𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚, 𝐰𝐮𝐥𝐚𝐧.
[📷]
Aarav Jamin Akarsana
aarav itu pemuda biasa yang baru wulan kenal. sebenarnya gak banyak yang spesial dari aarav. yang wulan tau, posisinya di band sebagai gitaris. selebihnya, aarav terlihat normal dengan pembawaan ramah serta banyak bicaranya.
hohoho ada yang nyangka kalo aarav itu jaemin?
KAMU SEDANG MEMBACA
asmaraloka ; ssungwint
Short Story❛ sakala, wulan, dengan asmaraloka semenjana seiring dengan sarayu yang menguliti daksa dua kawula muda. ━━━ // alternate universe ; lokal copyright © amateurasw 2020 141220