"maksudnya gimana???!"wulan yang dibentak sedemikian kerasnya, berusaha agar terus tertunduk. sedikit takut dan malu. namun hal lain yang memenuhi pikirannya lebih menakutkan dari bentakan tara, ketua osis lama yang sebentar lagi lepas masa jabatannya.
"maaf kak, aku nggak siap."
tara memandang beberapa rekannya sinis. "yang kayak gini lolos seleksi kemarin?"
hening. tak ada yang berani menjawab lelaki itu.
wulan menghela napasnya. perasaannya campur aduk. ingin sekali detik itu juga ia berdiri dari duduknya, meninggalkan ruangan itu dengan puluhan orang yang heran namun sesekali berbisik.
"kenapa deh dia? seenaknya begitu."
sungguh, pemudi yang sedang disidang itu sebenarnya tidak tahan. semua orang di ruangan itu memandangnya sinis. kecuali satu orang dengan sepasang mata yang justru, sepasang mata itu-lah paling mengganggunya.
sepasang mata yang juga menjadi favoritnya.
"gini ya, wulan. kamu udah lolos seleksi wawancara, psikotes bahkan sampai latihan dasar kepemimpinan. kamu nggak bisa mundur gitu aja." tara kembali berujar, dengan wajah frustasinya.
wulan menatap tara takut, "kenapa? posisi ku yang nantinya kosong nggak akan buat perubahan apa apa di divisi. lagipula, aku masih anggota baru."
"ya gak bisa gitu dong!" rekan perempuan tara langsung menyahut.
wulan tak hapal kakak yang satu itu, karena tak pernah mengobrol baik saat ia mendaftar atau selama proses seleksi.
"kamu ngerti tanggungjawab kan, dek?"
wulan menatap tara, "maaf kak. aku mau berhenti."
giliran tara yang menghela napasnya. pemuda itu kian bertambah frustasi sejak 40 menit yang lalu setelah wulan dengan lantang berkata ingin mengundurkan diri.
padahal minggu depan —di hari senin— akan diadakan serah terima jabatan dari anggota lama kepada anggota baru. seperti hari penobatan, namun sesungguhnya sedari masa LDK selesai, semuanya sudah menjadi anggota baru.
tara yang sudah tidak bisa membendung amarahnya pun tak membuat gadis itu goyah. sedikitpun wulan tidak merubah keputusannya. walau dengan tekanan dari orang orang di ruangan itu.
awalnya semua bicara dengan lembut, lambat laun kian meninggi nada bicaranya.
"wulan, kamu nggak bisa kaya gini..." ujar jefri, kakak yang wulan tahu paling mudah tenang diantara semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
asmaraloka ; ssungwint
Short Story❛ sakala, wulan, dengan asmaraloka semenjana seiring dengan sarayu yang menguliti daksa dua kawula muda. ━━━ // alternate universe ; lokal copyright © amateurasw 2020 141220