lembar 15 : hanyut rasa, kini temaram hatinya.

133 20 1
                                    

di hari libur, tak banyak kegiatan yang bisa mengisi hari luang sang taruni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

di hari libur, tak banyak kegiatan yang bisa mengisi hari luang sang taruni.

sebab biasanya, sakala abhimanyu-lah yang ia datangi. ia ketuk pintu rumahnya, menyapanya lalu mengajak lelaki itu pergi dengan memberi suap berupa makanan untuk ayah sang taruna. padahal tak ia suap-pun, sang ayah tetap memberi izin.

gadis itu memejamkan matanya, harapnya tertidur hingga hari berlalu. namun pelik dilakukannya, apa daya tubuhnya yang meminta untuk terjaga. kalau bisa bicara, mungkin berteriak, 'sudah siang, bangunlah..!'.

wulan mendengus, diliriknya jendela yang masih tertutup gorden merah muda dengan pandangan malas.

arunika ia lewatkan. padahal dahulu yang menyambut sang taruni kala bangun dari lelapnya.

dengan sedikit niat, wulan bangun dari ranjangnya. bosan sudah ia memandangi langit langit kamarnya. sang taruni keluar dari kamar dengan lemas. netranya menelisik seisi rumah, sedikit tenang hatinya kala sadar sang ibu tak ada di kediaman.

entah apa yang dilakukan orang tuanya di akhir minggu, wulan tak berminat mencari tahu. sebab bukan urusannya. juga tak akan menjadi urusannya.

gadis ayu itu menyingkap satu persatu tirai yang menutupi jendela besar kediamannya. membiarkan baskara menyebarkan binarnya ke dalam. sempat ia menyipitkan netranya, sembari menghalau binar yang teramat terang dengan sebelah tangannya.

gadis itu menoleh pada jam dinding. pukul 12 ditunjukkannya. pantas saja, batinnya. ternyata sang baskara sudah mencapai kulminasinya.

selesai menyingkap tirai, sang gadis bergegas menuju dapur. lesu dirasa tubuhnya, sebab belum mengisi perut.

membuka kulkas, gadis itu mendapati hanya ada buah buahan di sana. tak heran, karena ibunya sama sekali tak pernah menginjak dapur untuk memasak.

mungkin itu sebabnya sang ayah juga tak ingin berlama lama di rumah. mungkin saja. terkanya.

pemudi itu mengambil sebuah apel dari kulkasnya. ditaruhnya di atas meja makan lalu bergerak menelusuri satu persatu laci yang tergantung.

gadis itu menghela napasnya. mengeluh. yang ia dapati isinya hanya piring piring mewah yang tersusun rapih.

"semahal ini beli kitchen set, isinya nggak bisa dimakan. dipakai pun nggak." monolognya.

mengambil pisau dan talenan, dipotongnya sebuah apel tadi dan dibuang bijinya. setelah bersih, pemudi itu menaruhnya pada mangkuk kecil.

wulan beranjak menuju ruang tamu, sang gadis duduk di sofa empuknya lalu menyalakan tv dengan ukuran 98 inci itu. bisa dihitung dengan jari, berapa kali tv itu dinyalakan sejak pertama kali dibeli. sebab memang jarang sekali dinyalakan.

tak hanya tv,

pun rumahnya tak pernah nyala.

ₓ˚. ୭ ˚○◦˚.˚◦○˚ ୧ .˚ₓ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

asmaraloka ; ssungwintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang