jam istirahat kali ini, wulan memilih berdiam diri di kelas. dengan alasan, tak ingin melakukan banyak kegiatan. sang hawa dengan nyeri di bagian perutnya hanya ingin diam dan bersandar pada mejanya saja.sahabatnya, kirana, sempat menanyakan keadaan wulan, tapi pemudi itu hanya berkata dirinya baik baik saja. padahal, keadaannya justru sebaliknya.
semakin waktu berjalan, semakin terasa pula nyeri di bagian perutnya.
"duh," ringisnya. "nyesel makan pedes."
menu sarapan wulan hari ini adalah sebungkus mie instan pedas. kebetulan persediaan yogurtnya telah habis. entah apa yang merasuki pemudi itu tadi pagi hingga terlintas ide memakan mie super pedas sebagai sarapan.
saat ini, hanya penyesalan yang pemudi itu rasakan. penyesalan bercampur dengan nyeri, tepatnya.
tok tok, terdengar suara ketukan di pintu kelas wulan. sang hawa yang terlalu lemas —juga malas— untuk sekadar menoleh hanya berujar, "iya, kenapa?" dengan kepala yang ia sandarkan pada meja beralas hoodie milik saka yang ia lipat sebagai bantal.
"wulan?"
ah, wulan tau suara itu.
seperti milik aarav.
"kamu kenapa?"
atau... memang aarav?
wulan mendengar langkah kaki pemuda itu kian mendekat. aarav mengambil duduk di kursi milik kirana lalu berujar kembali,
"kamu sakit?"
wulan terkekeh, "engga kok, rav." balasnya pelan, sembari memaksakan senyum.
usahanya gagal, senyumnya tak nampak.
"aku antar ke uks."
wulan menggeleng, "santai..." ujar sang hawa. "aku tuh fine fine aja tau, rav."
aarav menggeleng, raut wajahnya kian khawatir. "ayo, aku gendong kamu ke uks. biar kamu diurus sama perawat di sana. kamu keliatan gak baik baik aja, lan."
aarav tidak salah. wulan juga sadar keadaannya semakin memburuk sekarang. jadi pemudi itu hanya diam dan mengangguk lemas.
"aku gendong, ya?" tawar aarav.
wulan tersenyum simpul. sebagai tanda persetujuan.
"permisi, maaf." aarav berujar, sebelum membawa pemudi yang terlampau lemas itu di punggungnya.
sepanjang perjalanan di koridor sekolah, hanya sepi yang menemani dua kawula muda itu. aarav sibuk dengan pikirannya —yang entah apa, dan wulan sibuk memikirkan sakala yang ia tahu sekarang sedang berada di kantin.
wulan menyilangkan tangannya pada leher aarav. pemudi itu mau tak mau memeluk aarav.
"aarav..." panggilnya, pelan.
"iya wulan?" sahut aarav, seiring dengan langkah kakinya yang berjalan kian memantap. berusaha secepat mungkin sampai pada ruang kesehatan.
"makasih aarav."
"tahan ya, sebentar lagi sampai."
wulan tidak menjawab, gadis itu menyenderkan kepalanya pada punggung aarav. sang hawa merasa tubuhnya kian melemas, pun matanya kian memberat.
"aarav, aku rasa aku mau pingsan." bisiknya.
mendengar itu, aarav semakin mempercepat langkahnya. ruang kesehatan sudah tertangkap netranya. hanya beberapa langkah lagi, ia dan wulan sampai di sana.
sayangnya, wulan tidak bisa menahan tubuhnya lebih lama lagi. gadis itu pingsan sembari merengkuh aarav tepat sebelum aarav membuka pintu ruang kesehatan.
dan jauh di ujung koridor, para siswa siswi yang baru saja kembali dari —menyelesaikan urusan perut— di kantin mulai berdatangan, salah seorang dari mereka menangkap sosok aarav yang membawa wulan di punggungnya, memasuki ruang kesehatan.
renaldi, yang perlahan air mukanya mengeras, menatap mereka berdua dengan tidak sukanya.
⊹°.⋆ 𝐬𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚, 𝐰𝐮𝐥𝐚𝐧.
[💭]
siapa yang cita citanya kalau sudah besar ingin digendong jaemin?
KAMU SEDANG MEMBACA
asmaraloka ; ssungwint
Short Story❛ sakala, wulan, dengan asmaraloka semenjana seiring dengan sarayu yang menguliti daksa dua kawula muda. ━━━ // alternate universe ; lokal copyright © amateurasw 2020 141220