lembar 2 : pelataran rumah saka, kala memandikan bara

1K 250 46
                                    


"saka, bara ganteng yah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"saka, bara ganteng yah?"

"...tapi gantengan yang punya sih, hehe."

saka berhenti menyiram bara, keran yang dia genggam airnya mengalir dan jatuh membasahi kaki yang beralas sandal jepit hitam. sang taruna terdiam sambil memandangi bara sebentar sebab teringat akan ucapan wulan waktu mengantarnya pulang saat MPLS hari pertama. yang saat itu wulan dan saka belum saling mengenal, tapi pemudi itu sudah berani menaiki bara —tanpa izin saka, sebenarnya.

hari itu hari pertama saka mengantar wulan. sepanjang perjalanan wulan banyak bicara mengenai dirinya yang saka sama sekali tidak ingin tahu, pada saat itu.

"bar, saya jadi sayang mau jual kamu dan ganti motor lain." ujarnya pada bara lalu lanjut menyiram bodi vespa usangnya. "gak tega saya, kamu sudah seperti teman buat bapak sama saya." katanya lagi.

di tengah keraguan saka terhadap bara, sayup sayup dia mendengar seseorang memanggil namanya. hanya dalam 5 detik, suara tersebut semakin jelas dan saka langsung tau siapa pemilik suara itu. suara yang selalu saka hindari mati matian dalam 2 bulan ini. tapi sayangnya saka selalu gagal.

"sakaaaaa, aku bawa gorengan!!"

saka mendengus. bahkan di hari sabtu pun, saka tidak bisa lepas dari kehadiran sosok wulan. heran, gadis itu selalu bisa menemukan keberadaan saka. termasuk lokasi rumahnya ini. beberapa hari lalu wulan mengaku pernah nyasar sebanyak 5 kali waktu mencari alamat rumah saka.

kalau saka tau waktu itu wulan mencari alamat rumahnya sendiri, saka pasti sudah berdoa supaya wulan nyasar terus.

"halo, saka." sang gadis menyapa dengan hangat. sebenarnya suara wulan sangat-manis-sekali. tapi kalau sudah berteriak atau memekik, lain lagi.

saka menoleh, —berusaha sebisa mungkin— tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika sang taruna berujar, "ngapain ke sini?"

sang pemudi mengerutkan dahi, "ngapain? ya silahturahmi, lah!" atensi wulan teralihkan pada bara, "wuiihhh, pas banget, sak. bara udah ganteng. bisa nih kamu ajak aku cari angin."

"gak." tolak saka mentah mentah.

wulan cemberut, "aku tau kamu bakal jawab gitu. nah, sekarang bara udah bersih, bukan? ayo makan gorengan. ada pisang goreng loh, sak."

"sana duduk dulu," saka menunjuk teras rumah dengan dagunya lalu kembali menyirami bara, "bara belum bener bener bersih."

"gak apa apa, aku tungguin di sini."

yang namanya wulan ayu, selalu menepati ucapannya. bahkan selama hampir 20 menit saka membasuh bara, wulan tidak bergerak dari tempatnya. gadis itu setia berdiri menunggu hingga saka selesai dengan kesayangannya.

"emangnya kalo cuci motor, dibasuhnya harus selama itu ya, sak?"

bokong saka baru saja menyentuh kursi kayu ketika wulan bertanya. "nggak juga." balasnya singkat.

wulan menyodorkan plastik berisi gorengan yang dia bawa. saka menerimanya, menaruh di atas meja, membuka plastik juga merobek sedikit pembungkus kertasnya. isinya bermacam macam, tapi didominasi pisang goreng, kesukaan saka.

"terlalu banyak, lan. di sini cuma ada saya."

wulan mengambil asal gorengan, "iya sak, lupa kalau bapak kerja. saka udah buat makalah geografi?" ujar wulan, gadis itu pandai sekali menggiring topik.

"sudah."

sebaliknya, saka hebat dalam mengakhiri topik.

"saka, nanti sore ada pasar malam."

"terus?"

"ajak aku kesana."

saka terdiam, menatap bara dari kejauhan. di matanya, motor usang pemberian bapak masih tampak megah. ucapan wulan di awal lembar bisa dianggap salah satu bukti.

"saka mau apa enggak?"

bukan, bukannya tidak mau. saka sayang kalau bara harus kotor lagi nantinya. tapi mencuci motor juga bukan perihal sulit, saka bisa mencucinya lagi besok.

"iya wulan, nanti malam saya jemput." ujarnya tenang.

wulan tidak merespon, gadis itu menatap lurus dengan menyungging senyum. diam diam saka merasa bersyukur, setidaknya untuk kali ini kalimatnya tidak dibalas pekik senang oleh sang hawa.

 diam diam saka merasa bersyukur, setidaknya untuk kali ini kalimatnya tidak dibalas pekik senang oleh sang hawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊹°.⋆ 𝐬𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚, 𝐰𝐮𝐥𝐚𝐧.

asmaraloka ; ssungwintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang