kali pertama wulan tersadar, yang netranya tangkap ialah aarav yang sedang terduduk di sebelah ranjang tempat gadis itu tertidur selama pingsan.
"mau aku ambilkan teh hangat?" tawar aarav.
wulan mengangguk, "boleh." sahutnya.
"tunggu sebentar."
aarav pergi keluar ruangan, tidak lupa menutup kembali pintunya. sedang wulan masih bergeming, gadis itu memejamkan matanya sebentar sambil menarik napasnya dalam dalam.
perutnya masih merasakan nyeri. memang tidak separah sebelum pingsan tadi, hanya saja masih terasa sakit.
tidak lama, pintu uks terbuka dengan munculnya aarav juga secangkir teh hangat di tangannya. pemuda itu menghantarkan teh hangat yang ia bawa menuju meja kecil di sebelah kiri wulan.
"minum." ucap pemuda itu sembari menatap wulan.
wulan hanya mengangguk, sembari memperhatikan si pemuda yang kembali untuk menutup pintu uks.
"wulan," panggil aarav tanpa menoleh.
"ya?"
"hari ini aku bawa mobil."
gadis itu terdiam. netranya masih mengikuti pergerakan aarav sampai pemuda itu kembali duduk di sebelah ranjangnya.
"kenapa kalau bawa mobil?"
yang ditanya menggaruk tengkuknya canggung, "kamu kan sakit, jadi lebih baik kalau pulang sama aku." jawab pemuda berasma aarav itu.
wulan bangun dan menyesap secangkir teh di tangannya, lalu tersenyum. "nggak apa apa," ujarnya. "aku bisa pulang sendiri."
"sendiri? bukan dengan sakala?"
wulan terkejut kala mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir aarav. sang hawa buru buru menetralkan ekspresinya. ia tersenyum simpul lalu kembali menyesap tehnya.
"nggak mau pulang sama aku, ya?"
hening sebentar sampai wulan meletakkan cangkir tehnya di atas meja nakas. pemudi itu lantas menoleh pada aarav yang masih menunggu jawaban, "bukan begitu." ujar sang hawa.
"lantas apa?" sahut aarav. "kamu tolak ajakanku, berarti nggak mau, kan?"
wulan masih mempertahankan senyumnya, "aku enggak mau ngerepotin kamu, aarav."
"aku yang menawarkan, wulan. aku bersedia direpotkan kamu."
senyum wulan kian melebar hingga matanya hampir membentuk bulan sabit.
"aarav, kamu pemuda yang baik. terimakasih tawarannya." ujar sang hawa sembari tersenyum, tak lama, karena setelahnya senyum gadis itu berganti menjadi raut penuh penyesalan.
"tapi maaf aarav, kamu benar. aku sudah janjian dengan sakala." sambungnya.
aarav tersenyum, sebelah tangannya terangkat untuk mengelus kepala wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
asmaraloka ; ssungwint
Short Story❛ sakala, wulan, dengan asmaraloka semenjana seiring dengan sarayu yang menguliti daksa dua kawula muda. ━━━ // alternate universe ; lokal copyright © amateurasw 2020 141220