1

1.8K 63 1
                                    

Emak sore itu pulang dari pasar berjalan tertatih tatih, Emak datang tidak langsung masuk rumah kami, Emak menuju sumur belakang rumah kami, kugendong adikku Marni menghampiri Emakku.

" Emaak, pulangnya kok sore sekali?, Emak sakit?"

Emakku tidak menjawab, kulihat kaki Emakku berdarah di kukunya, pelipis dan bibirnya juga berdarah, aku terjejut!

"Kenapa maaak! Kok bibir Emak dan dahi Emak berdarah! Kaki Emak juga berdarah! Kenapa maaak!?"

Aku menangis kencang di ikuti adikku Marni. Emak hanya memandangku dengan tersenyum.

"Emak tidak apa apa Murni, hanya luka sedikit, tadi Emak jatuh" Emak kembali tersenyum kali ini air mata Emak mengiringi senyumnya.

"Emak menangis? Sakit ya?"

"Sedikit kok, nanti juga sembuh"

Ku tunggui Emak sampai selesai mencuci lukanya dan terus Emak mandi, tetap aku tunggui Emak, aku kuatir dengan kondisi Emak.

Sekesai membersihkan badan Emak mengambil adikku Marni, dipeluknya Marni dengan erat, disusuinya Marni adikku yang masih berusia satu tahun.

"Murni! Kemari naak!"

Aku mendekat, ditariknya tubuhku kepelukan Emak, direngkuhnya kami berdua, diciuminya kami berdua, ada tetesan air mata mengenai pipiku, air mata Emak.

"Kok Emak menangis? Ada apa mak?"

"Emak sayang pada kedua anak-anaknya Emak yang cantik dan baik"

Aku terdiam ikut menangis, aku tidak berani bertanya apapun tentang luka-luka Emak yang kata Emak terjatuh, aku diam menikmati dekapan Emakku.

"Mak, aku ke Mushola ya, aku ngaji dulu ya Maak?"

"Iya sayang, hati- hati ya?"

"Baik Mak, Murni berangkat ya Mak?"

Emak hanya mengangguk dan tersenyum.

Ku pergi ke Mushola untuk mengaji, aku senang sekali bisa pergi mengaji berarti aku bebas tugas mengasuh adikku Marni, aku akan bertemu kawan-kawanku dan aku senang sekali.

Sesampainya di Mushola kulihat kawan-kawanku sudah duduk rapi mengelilingi Ustad kami, biasanya sebelum belajar mengaji pak Ustad bercerita tentang sejarah Nabi.

"Assallammuallaikum"

"Wa allaikum sallam"

Aku duduk mengisi tempat yang kosong dekat pak Ustad.

"Eh Murni, tadi Emakmu mencuri telur di tokonya nenekmu, terus Emakmu dipukuli sama bibik-bibikmu dan pamanmu, juga dipukul sama nenekmu, kasian sampai berdarah, tapi kenapa Emakmu mencuri?"

Temanku Wita bertanya padaku dengan lantang.

Deg! Emakku mencuri di warung nenek? rasanya tidak mungkin Emakku mencuri.

"Pak Ustad, hari ini saya izin pulang ya?"

"Kenapa pulang Murni, kan baru mau mulai mengaji?"

"Hari ini Murni libur dulu pak Ustad!"

Tanpa persetujuan pak Ustad aku lari pulang ke rumahku, akan ku tanya kenapa Emakku mencuri?

***

Emak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang