Beberapa hari kemudian Amelia diam-diam sering mengunjungi aku dan adikku di kamar. Amelia selalu membawa makanan untuk kami, terkadang juga nasi goreng.
Amelia datang kekamarku bila Bibi tidak ada dirumah, bila Bibi ada dirumah Amelia tidak pernah menyapaku, acuh. Mungkin dilarang ibunya.
"Murniii!" kudengar Bibi menjerit memanggilku.
"Segera bersihkan kembali ruang tamu! Akan ada tamu!"
"Baik Buu?"
Segera kubenahi ruang tamu, aku mengepel lantainya walaupun tadi pagi sudah ku bersihkan.
Tak lama kulihat dua mobil bagus masuk kehalaman rumah bibiku, aku tidak berani mendekat hanya melihat dari kejauhan bersama adikku.
Satu persatu tamu-tamu itu turun dari dalam mobil, dan nenek juga turun dari mobil.
Rupanya keluarga Nenek berkumpul di rumah Bibi, tadi kulihat di meja makan tersaji penuh makanan yang telah tersusun rapi. Semua makanan Bibi pesan ke catering, aku tidak boleh mendekat.
Ada lima mobil yang telah datang, suasana riuh penuh gelak tawa, aku dan adikku hanya memandang dari kejauhan menikmati suasana penuh keceriaan.
Terakhir, kulihat lagi mobil memasuki halaman rumah Bibi, aku penasaran, siapa lagi yang datang.
Ternyata yang datang terakhir Bapak dengan seorang wanita yang cantik, aku tersentak. Tapi biarlah, Bapak juga tidak akan mengenaliku.
Kudengar gelak tawa tanda kebahagiaan menyelimuti kediaman Bibi.
Dari pagi aku dan dan adikku belum makan, hanya roti pemberian Amelia pengganjal perut adikku.
Sudah berkali-kali kuteguk air putih untuk menghilangkan rasa lapar, tapi tetap saja perutku terasa bergejolak.
Ku lihat semua tamu makan dengan lahap, anak-anaknya bercanda dengan melempar-lemparkan makanan, aku hanya memandang dari jauh.
"Heiii, lihat!, Ada orang merhatiin kita!, Orang gila!" salah seorang anak memergoki aku dan adikku yang memandang dari kejauhan.
Mereka melempari kami dengan makanan potongan sisa mereka makan, hampir mengenaiku, makanan yang dilempar dengan sigap kutangkap, kukumpulkan, ada sepotong jeruk, apel yang telah digigit, sepotong kue dan banyak lagi.
Ada anak yang badannya lumayan besar mendekati aku dan adiku.
"Kamu gila ya!, Bajumu butut, rambutmu gembel, nih kue untuk kamu!" Anak itu menjatuhkan beberapa kue dan di injaknya, lalu berlari pergi dengan gelak tawa.
Kegaduhan itu mengundang seorang laki-laki keluar, Bapak!.
"Ada apa, kok ribut sih?"
"Ada orang gila, om..!, itu tuh orangnya!" Ada anak perempuan sebesar aku menunjuk kearahku.
Bapak berjalan mendekatiku, gemetar badanku!, Adikku Marni hanya diam memandang Bapak yang tidak dikenalinya.
Bapak memandangku tajam!, Aku gemetar dan kutatap mata Bapak lekat.
"Sedang apa kamu disini, heh!"
"Saya tinggal disini." Pelan kujawab pertanyaan Bapak, Bapak diam dan berbalik meninggalkan aku dan adikku. Kupeluk Marni, kutinggalkan tempat itu, aku kembali kekamar, kubawa potongan kue yang tadi sempat kutangkap, kubuang ujungnya, lalu ku makan bersama adikku. Lumayan, kue enak begini kenapa dibuang?.
Aku keluar dari kamar, akan kucuci buah apel bekas dan sepotong jeruk, aku melangkah menuju sumur.
"Heh!, kamu ngapain disini!" tanpa kusadari Nenek sudah berada didekatku. Rupanya Bapak telah bercerita mengenai keberadaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emak (END)
General FictionYah.. cuman pojokan sebuah kisah. Kisah ini diketik bukan oleh author ya... Author hanya semata-mata sebagai penyalur aja...