Hari ini Murni bekerja dengan giat, pagi hari berjualan di sekolah, siang harinya Murni tetap memulung barang bekas.
Rasa lelah tidak dihiraukan, semangat membara, demi adik tercintanya sekolah.
Murni akan berusaha sekuat tenaga, agar adiknya bisa bersekolah sampai jenjang yang tinggi.
Kini Murni kemanapun pergi sudah mengendarai sepedanya dengan lancar, Murni membeli kotak besar yang bisa di taruh di sepedanya untuk dagangannya, bila sekolah telah usai, Murni mengganti kotak, dengan karung untuk barang hasil memulungnya.
Marni anak yang cerdas, walaupun tidak terpenuhi gizinya dengan baik, tapi Marni memang anak yang cerdas, bila pulang dari sekolah, Marni membersihkan rumah, belajar mencuci baju, sedang untuk masak makanan tetap kakaknya.
Setelah mempunyai sepeda, Murni bisa ke pasar membeli dagangan, bila pergi ke pasar membeli dagangan, Murni tetap sambil memulung.
Kesederhanaan membuatnya maju dalam berdagang, kehidupanya juga telah berubah, tidak lagi kelaparan, kadang bila keuntunganya lumayan dalam sehari, Murni pasti membelikan ayam goreng untuk adiknya, hanya adiknya yang Murni punya.
Hari sabtu Murni pergi kepasar, berbelanja dagangan. Perjalanan ke pasar pasti melewati rumah neneknya, biasanya Murni mengayuh sepedanya dengan cepat bila lewat di depan rumah neneknya sambil melirik rumah besar itu.
Hari Sabtu ini Murni kepasar, lewat depan rumah neneknya. Pandangan Murni tertuju kedepan toko neneknya, tampak seorang perempuan duduk di kursi roda di depan toko, Bibi! Wajah pucat, tampak kurus Bibinya, Murni memperlambat laju sepedanya, penasaran! Murni menengok dan memandang Bibinya, wanita yang cantik, wanita pesolek, wanita yang jahat tidak ada lagi diraut wajahnya, hanya pandangan hampa yang terlihat.
Murni tetap mengayuh sepedanya, ada tanda tanya besar. Apa yang terjadi dengan Bibi?
Murni membuang fikiran tentang bibinya. Sepanjang perjalanan tadi hanya terfikir tentang Bibinya. "Aaaah, aku tidak ada urusannya dengan Bibi yang jahat!" Murni tetap ke pasar.
Malam harinya, menjelang tidur, bayangan Bibi selalu terlintas. Murni berusaha membuang jauh bayangan itu, tidak bethasil, hingga terlelap.
"Kak, kita kesiangan! Padahal, hari ini bagi raport, kaak!" hari senin, Murni terlambat bangun pagi seperti biasanya.
"Duh, perut kakak mulas Marni, kakak sedang datang bulan" bergegas Murni mandi dan berbenah dagangannya, tanpa sarapan pagi, Murni segera mengayuh sepedanya kencang, bila berangkat kesekolah, Marni, adiknya duduk diatas peti kayu, terasa berat dirasakan Murni, adiknya sudah besar.
Libur sekolah, setelah pembagian raport, Marni naik kekelas lima.
"Tidak terasa ya, dek, Marni sudah kelas lima, bertambah besar kamu Marni, ayo belajar lebih giat lagi! Biar rangking tiga ini tidak terlepas dari genggamanmu! Syukur kalau Marni bisa rangking satu, nanti masuk Sekolah Menengah Pertama, akan mudah, dan bisa sekolah dengan murah, dek?"
"Iya, kak! Marni akan berusaha belajar lebih rajin"
Hari libur sekolah, berarti Murni tidak bisa berdagang, itu berarti, tidak ada uang yang di dapat! Murni ingin selama libur sekolah tetap bekerja, Murni berfikir untuk mencoba berjualan sayuran keliling kampung, dengan mengendarai sepedanya.
Kalau berjualan sayuran, berarti Aku harus bangun lebih pagi, agar tidak kesiangan berjualan.
Tapi, Murni takut pergi kepasar pagi sekali, banyak orang jahat, akhirnya gagal berjualan sayuran.
Pertama hari libur sekolahnya Marni, Murni seharian berada di rumah, fikiran Murni kembali ke bibinya.
Sore harinya, Murni mengajak Marni jalan-jalan mengendarai sepeda, sengaja menuju ke arah rumah Nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emak (END)
General FictionYah.. cuman pojokan sebuah kisah. Kisah ini diketik bukan oleh author ya... Author hanya semata-mata sebagai penyalur aja...