6

374 41 0
                                    

Aku mencoba tidur siang setelah pekerjaanku selesai, tanpa makan, kucoba memejamkan mataku, tidak terasa berat, anganku ingin tidur, mataku tetap tak mau terlelap, perutku terasa perih, Bibi tak memberiku makanan apapun sedangkan Amelia entah kemana, biasanya sekolah dan berlanjut les macam-macam aku kurang faham. Kalau les pulangnya pasti malam.

Adikku Marni tidur dengan gelisah, hanya kue yang mengganjal perutnya, kami terbiasa makan nasi atau bubur, jadi kue sebanyak apapun tidak akan mengenyangkan kami.

Pelan-pelan aku turun dari tempat tidur kami, aku takut adikku terjaga.

Aku keluar kamar, pergi kesamping rumah dan kesumur, siapa tau ada makanan yang bisa ku makan. Yang kudapati hanya tanaman bunga dan pohon alpukat dipojok belakang, ku amati pohon alpukat, ku teliti dibawah tumpukan daun kering, Alhamdullillah.
Kutemukan beberapa buah alpukat yang berjatuhan, ku ambil dan ku buang yang busuk. Lumayan aku dapat beberapa bagian yang matang dan masih bagus.

Pohon alpukat ini entah milik siapa. Tumbuh dibelakang rumah Bibi, terhalang kamarku yang merangkap gudang. Aku baru tahu kalau ada pohon alpukat, aku bersyukur menemukan bahan makanan yang siap dimakan tanpa di masak terlebih dahulu.

Ada energi di tubuhku setelah aku kenyang memakan alpukat, walau mesti memilih yang masih bagus, buah alpukat yang jatuh rata-rata sudah membusuk sebagian, ada juga yang masak, kalau sudah masak biasanya hancur bila jatuh. Kalau yang setengah busuk malah masih bisa di makan separuhnya.

Badanku terasa segar, adikku pun ku beri, lucu sekali Marni menyantap alpukat dengan mimik mual mau memuntahkan.

"Enak, Marnii, ini buah bergizi, bagus loh, pertama memang terasa gurih dan ada pahitnya, tapi nanti juga enak sekali, bikin perut kita kenyang!"

Kami berdua tertawa bahagia.

Menjelang malam Bibi pulang, jeritan melengking memanggilku sudah biasa ku dengar.

"Muuurrniiii!, kesini kamu!" selalu begitu bila memanggilku, Bibi belum pernah berbicara kepada adikku, bertanyapun belum pernah. Walau hanya sekedar basa basi.

"Ya Bu? Ada apa?"

"Cuci mobil! Setelah selesai, cuci sepatu ibu, hati-hati, harus bersih!"

"Baik Bu."

Aku mengambil selang dan peralatan mencuci mobil, ada shampo mobil, sikat dan kain kanebo, pelan kugosok mobil dengan spon lembut, ku semprot dengan air terlebih dahulu yang terkena lumpur, biar tidak tergores.

Sebisaku aku mencuci mobil, aku sebelum tinggal dengan Bibiku, aku belum pernah masuk kedalam mobil, biasanya hanya memegang mobil angkutan tetangga kami dulu.

"Murniiii...!, Lama amat kamu mencucinya? Berantakan sekali! Tolol kamu! Ini shampo kamu pake banyak ya!, Kamu tau enggak kalau ini shampo mahal! Dasar bodoh!, Ayo cepetan! Ibu mau pergi!" segera ku keringkan mobil dengan sekuat tenagaku, aku takut malam ini tidak diberi makan.

"Sudah selesai Bu? Tapi sepatu belum saya cuci"

Bibi hanya diam mengacuhkanku dan bersiap pergi.

"Amelia sayang, ayo nak, Mama sudah mau berangkat! Nanti kita terlambat, Nenek akan marah loh sayang" lembut sekali Bibi mengajak Amelia.

"Murni mohon maaf Bu? Murni dari pagi belum makan, Murni dan adik Murni lapar Bu?" Ku beranikan untuk minta makan ke Bibi, adikku juga belum makan.

"Heh kamu! Sudah tinggal gratis kok tidak tahu diri! Memang disini rumah makan heh! Yang selalu tersedia makanan! Ingat ya? Ibu sudah memberi tumpangan tidur kamu! Gratis!"

"Mamaaa! Amelia tidak jadi ikut! Mama jahat! Apa susahnya memberi sepiring nasi! Mama pelit! Tidak berprikemanusiaan! Lia benci Mama!" bruk..! Amelia masuk kembali kekamar dengan membanting pintu.

Emak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang