Jangan lupa untuk vote sebelum baca!
Enjoy~
.
.
.
Sebenarnya apa yang dia cari selama ini?
Apa yang membuatnya bertahan selama ini?
Dia tahu apa yang dia cari, hal itu ada di dekatnya namun terlampau jauh oleh batin.
'Cepat pergi sana, selamanya!'
Apa memang kehadiranya hanyalah sebuah kesalahan.
Lantas siapa yang harus disalahkan, dia tidak mau menjalani takdir seperti ini, dia tidak mau dibenci oleh orang tuanya, apa salahnya sampai semua ini tertulis dalam takdirnya.
"Kurasa semuanya akan berakhir..."
"Aku juga sudah lelah menjalani semua ini, jika memang kematianku membuat papa dan mama bahagia akan Taufan lakukan," lirihnya.
.
.
"Taufan anak baik kan mah pah?"
Rasanya sesak mengungkapkan semua ini, tapi ada rasa lega juga berbicara dalam gelap dan hanya seorang diri yang tau.
Taufan bersyukur atas segala hal, bisa menjadi bagian dari keluarga Boboiboy, mempunyai 6 saudara yang menyayanginya, merasakan kasih sayang orang tuanya walau hanya sampai usia 6 tahun.
Semua itu sangat berarti dalam hidupnya, yang Taufan sesali adalah orang tuanya masih belum memaafkannya.
"Akh..sa-sakit," sesaknya merasakan rasa sakit dibagian dada.
"Maaf aku telah gagal menjadi kebanggaan kalian," lirihnya.
"Taufan menyerah..."
==
Brak!
Halilintar memukul meja karena geram.
Sialan apa yang harus dia lakukan, orang tuanya senekat ini kalau salah langkah nyawa Taufan akan habis.
"Tenanglah kak tidak ada gunanya kau melampiaskan amarah," keluh Ice.
"Tenang! Di saat seperti ini kau menyuruhku tenang!" geram Hali.
"Cukup kak, daripada kalian bertengkar lebih baik kita pikirkan cara menolong Taufan," balas Solar.
"Ya kita selalu melakukannya tapi papa selalu mengacaukannya!" balas Blaze.
"Sejujurnya Thorn cape kak, bagaimana dengan nasib kak Taufan," sendu Thorn.
"Selama papa dan mama belum menyadarinya kita tak bisa menjamin apapun," balas Ice.
"Kita semua lelah, bukan maksudnya ingin menjadi anak durhaka tapi keadaan yang memaksa kita membenci papa dan mama, aku berharap mereka berdua bisa berubah demi kita. Apa yang kurang dari kita ?" lirih Gempa.
"Aku khawatir dengan keadaan kak Taufan, bisa jadi penyakitnya semakin parah dan kita kehilangannya?" sesak Blaze.
"Blaze berhenti mengatakan hal yang tidak tidak," ketus Halilintar.
.
.
.
"Tadi papa bilang kak Taufan akan dibunuh bila kita tidak menuruti perintahnya, artinya kak Taufan ada di rumah ini kan?" duga Solar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Always Wrong [COMPLETE]
RandomKeluarga? Kasih sayang? Apa itu? Aku belum pernah merasakannya sama sekali. Bagaimana rasanya jika kalian di kucilkan? Diacuhkan? Pasti sangat sakit kan? Panggilan Ayah? Ibu? Yang ku ketahui hanya 'Nyonya Besar' dan 'Tuan Besar' Apa salahku? Kena...