Chapter 9 : An Opportunity

2.2K 290 14
                                    

"U ugh.. Jangan.. Kumohon..." Ujar Taufan yang mencoba mengambil foto itu.

"Hey!! Jangan mengganggu adikku!!" Teriak seseorang dari depan pintu kelas Taufan.

"Eh..suara itu..." 

"Kakak....?" 

Halilintar berdiri di depan pintu masuk kelas Taufan dengan wajah datar tidak lupa menyilangkan tanganya membuat para wanita malah terpesona dengan sikap Halilintar.

Halilintar mendengus pelan lantas berjalan masuk ke kelas Taufan, sementara Taufan hanya diam memperhatikan kakaknya yang datang ke kelasnya.

"Kembalikan foto itu padanya," ucap Halilintar dingin.

"Heh jangan sok jadi pahlawan ya ini urusanku dengan Taufan," balas siswa itu berusaha melawan.

"Ini urusanku juga karena Taufan adikku," desis Halilintar.

"Adik ya, aku kira kalian ini hanya kembar wajah saja toh selama ini kalian tidak pernah bersama, dan baik Taufan ataupun kau tidak pernah saling menyapa. Itu yang namanya saudara," sindir siswa itu membuat Halilintar geram.

Memang Halilintar mau melakukan ini! Tidak dia dan semua saudaranya tidak mau melakukan ini namun mau bagaimana lagi ada cobaan yang harus mereka hadapi.

"Kau tidak tahu apa apa tentang kami, jangan berkata seolah kau mengenal kami semua dengan baik," sinis Halilintar dengan aura mencengkram.

Sang siswa tertegun ingin dia membalas namun mulutnya terasa kaku untuk berucap apalagi saat melihat iris merah ruby itu menatapnya sinis.

Halilintar berjalan lebih dekat kini posisinya sejajar dengan siswa itu.

"Cepat kembalikan barangnya atau kau ingin kejadian minggu lalu terulang kembali, aku rasa orang tuamu tidak akan sanggup lagi membayar biaya rumah sakit nanti, kau sudah menjadi orang payah  jangan kau coba menjadi seorang beban!" desis Hali.

"Cikh! Ambil saja barang jelek ini!" decaknya melemper foto itu ke arah Halilintar lantas pergi ke luar kelas.

"Akan aku balas lain kali!" desisnya tajam dan menghilang di balik pintu.

Halilintar menghela nafas kesal demi menenangkan amarahnya, dia menatap foto itu lantas menatap Taufan yang tersenyum canggung ke arahnya.

"Milikmu," ucap Hali mengembalikan foto itu.

"Terima kasih, emm semua sudah baik baik saja kau bisa kembali ke kelas," ucap Taufan kikuk.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ucap Halilintar.

"Emm kalau tidak terlalu penting sebaiknya tidak usah, aku-"

"Tenang saja aku sudah mendapat izin papa," jawab Hali menenangkan.

"Oh aku tidak menyangka papa mengizinkannya," ucap Taufan kikuk sembari mengusap pergelangan tangannya entah kenapa.

"Kita bicara di luar saja," ucap Halilintar menarik tangan Taufan.

==

"Aku tidak salah dengar, pesta ulang tahun?" kaget Taufan tidak menyangka.

"Seperti yang kau dengar, kau tahu belakangan ini hubungan kita sangat renggang dan kami semua ingin berusaha memperkuat hubungan kita," jawab Hali.

"Entahlah kak Hali, rasanya percuma jika papa dan mama masih saja mengawasiku dan belum bisa memaafkanku, aku rasa pada akhirnya mereka akan mengirimku ke panti asuhan nanti hahaha...pada akhirnya aku tahu bagaimana nasibku di masa depan," jawab Taufan dengan tawa dipaksakan.

I'm Always Wrong [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang