Chapter 11 : Will Not Be Forgotten

2.4K 302 51
                                    

Menyerah...

Pernahkah kalian berharap mendapatkan sesuatu namun selama kalian berjuang kalian merasa usaha kalian gagal dan akhirnya memilih menyerah.

Mungkin seharusnya Taufan melakukan itu sejak awal, dari awal seharusnya dia mati saja saat kecelakaan itu, namun itu terlalu egois mengingat banyak orang orang yang mati karena  kecelakaan berharap bisa hidup walau sebentar sekedar untuk mengungkapkan kasih kepada orang terdekat.

Namun jika bisa bertahan malah tidak dianggap apa jika Taufan mati mereka akan menangisinya? Setidaknya mengucapkan kasih sayang.

Entahlah apa Taufan harus mencobanya?

Taufan membuka pintu klosetnya masih sama gelapnya percuma mau berada di dalam kloset lama lama sama menakutkan, Taufan berusaha kembali membuka pintu kamar mandi itu namun tetap sama saja.

"Sial..." desisnya tak kuasa lagi berteriak.

Handphonenya mati karena kehabisan daya baterai, dan arlojinya walau gelap Taufan bisa melihat kalau sekarang hampir mendekati pukul 7 malam.

"Gagal...Aku rasa mereka sudah menunggu dari tadi dan aku mengecewakan mereka, tidak berguna," lirihnya.

Mati matian Taufan berusaha melawan phobia nya sangat menakutkan ketika kau melawan rasa takutmu.

Namun Taufan sadar di ujung ruangan yang terdiri atas beberapa kloset dan wastafel terdapat satu jendela yang memancarkan cahaya purnama walau tidak terlalu cerah.

Taufan memasangkan jaketnya erat berusaha meyakinkan diri setidaknya dengan ini dia akan aman dari sesuatu dari balik gelapnya ruangan ini.

Perlahan Taufan maju ke arah jendela itu, sepertinya jendela ini sebagai salah satu cara agar udara dan cahaya masuk termasuk ventilasi udara.

Krak..

"Terkunci," ucap Taufan pasrah.

Tentu saja jika dibuka bisa saja ada salah satu siswa yang bolos lewat sini, Taufan melirik ke bawah lumayan tinggi karena dia berada di lantai 2 tapi di sisinya ada sisa jalan setapak.

Entah angin apa tiba tiba Taufan teringat tentang salah satu film horror yang tidak sengaja dia tonton saat semua keluarganya pergi berlibur.

Di film itu ada seorang anak sekolah sama sepertinya yang terbully sama sepertinya tidak di sayang keluarga sama sepertinya, dan sering terkurung di kamar mandi sama seperti keadaanya saat ini.

Dan akhirnya anak itu frustasi dan bunuh diri dengan cara melompat paksa dari jendela sekolahnya dan keluarganya cuek saja dengan kematiannya akhirnya anak itu jadi hantu gentayangan dan membuat seluruh keluarganya ketakutan dan filmnya tamat.

Benar benar film yang dipaksakan.

Taufan memegang kaca jendela itu dengan pandangan sendu.

"Apa aku..."

==

"

Apa kau yakin dia ada di wc?" tanya Halilintar memastikan.

"Hanya tempat itu saja yang belum diperiksa," jawab Solar.

"Ada 4 toilet siswa menurutmu mana dulu yang harus diperiksa?" tanya Halilintar kembali.

"4 toilet siswa letaknya di dekat mushola, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3. Menurutku kemungkinan besar kak Taufan ada di toilet lantai 2," balas Solar.

"Bukannya kelas tambahannya ada di lantai 3, bisa jadi ada di sana?" balas Halilintar.

"Menurut prediksiku setelah kelas tambahan selesai pasti ada pengembalian buku ke perpustakaan di lantai 2 dan pasti kak Taufan membantu ketua kelas mengembalikan-"

I'm Always Wrong [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang