Last chapter!
.
Jangan lupa cerita angst yang asli, ada Bawangnya~
.
Warning! Mengandung bawang uwuwuuw (maybe)
Jangan bilang nggak nangis, Author nanti kecewa oke? Asli
..
Ja~enjoy!!
"TAUFAN!! T TIDAK!! TAK MUNGKIN" Hali berlari ke dalam ruang operasi dan menatap adiknya yang sudah tak bernyawa lagi
"T taufan... Tauf..?," Hali mengusap pipi Taufan pelan, mengharapkan ada yang menjawab panggilannya, namun hasilnya tidak, Taufan benar-benar sudah tiada.
Meninggalkan semua saudaranya di sana. "Tauf.. Bangun... Adik kecilku.." Hali Memeluk tubuh Taufan erat, dengan tubuh yang bergetar tak menerima kepergian sang adik.
"Kakak.." Gempa menghampiri kakaknya yang sedang memeluk Taufan yang sudah tiada itu.
"Ikhlaskan ya..? Nanti kalau kakak gini, Kak Taufan gak bakalan senang.." Gempa menepuk bahu Hali pelan
"Gak.. Hiks.. Semua salahku.. Taufan.. Taufan mati.. Karena ku.. Dia melindungi ku.. Hiks.. Uuh.. Taufan.. Bangun.. Kau masih hidup kan... Hiks.. Taufan.." Hali terus memanggil nama adiknya beberapa kali, namun tak ada jawaban sama sekali
"Kak.. Sudah.. Ugh.. Hiks.. Biarkan Kak Taufan pergi.. H hiks... Dia akan tenang disana..." Gempa Memeluk Hali erat dan coba untuk menenangkannya
"A-aku yakin Taufan masih hidup! Aku yakin.. Hiks.. Aku.. Hiks yakin... H hiks... Bangun.. Taufan hiks.. Bangun..."Tangisan Hali semamin menjadi-jadi dan membuat semuanya disana merasa sangat kesakitan dengan tangisannya yang sangat pilu
"Kita sudah berjanji akan bermain bersama lagi... Hiks.. Papa.. Mama dah ditangkap.. Hiks.. Kau bebas.. H hiks.. Kenapa hiks.. Kenapa.. H hiks.. Taufan hiks.. Disaat seperti ini kenapa kau juga harus pergi!!! Hiks.. Kenapa!!!"
"Kak Hali.. Tenang.. Hiks.. Kumohon.. Kami juga merasa sangat kehilangan... H hiks.. Sangat..." Ucap Blaze sambil meremas dadanya kuat, Kakaknya yang sangat akrab dengannya dulu, kini pergi, mereka tak bisa bermain bersama sama lagi
Untuk selamanya.
"Thornie juga... Hiks.. Sakit kak.. Hiks.. Kita semua belum sempat memberinya apapun.. H hiks.. Kita.. Hiks.. Belum memberi Kak Taufan kenangan apapun.. H hiks.. Uh.. Hiks.." Thorn menggenggam tangan Taufan yang sudah pucat dengan sangat erat
"Aku.. Juga berharap.. Kak Taufan tak mati.. Hiks.. Aku ingin merasakan pelukan hangatnya lagi.. Hiks.. Sangat..." Ucap Ice sembari memeluk bantal yg di berikan oleh Taufan saat ia ulang tahun.
"Kami benar-benar menginginkannya..."
"Hiks..maaf.. Maaf kan aku karena tak berhasil melindungi Taufan.. Hiks.. Maaf.. Harusnya.. Aku yang tertembak.. Hiks.. Maafkan aku.." Ucap Hali menangis tersedu-sedu
"Kakak jangan berbicara seperti itu.. Ini kesalahan kita semua.. Seharusnya daei dulu kita bawa Kak Tauf pergi.. Hiks.. Mungkin jika begitu kita masih bisa melihatnya tersenyum lembut.. Hiks.. Kita terlambat.. Hiks.." Ucap Gempa sembari mengelus kepala Hali lembut
"Kakak.. Jangan salahkan diri sendiri.." Solar mengusap matanya yang terus mengalirkan air mata
"Adik kecilku... Hiks.. Taufan..." Hali menatap wajah Taufan sendu, Lalu Hali mengecup dahi Taufan lembut
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Always Wrong [COMPLETE]
AcakKeluarga? Kasih sayang? Apa itu? Aku belum pernah merasakannya sama sekali. Bagaimana rasanya jika kalian di kucilkan? Diacuhkan? Pasti sangat sakit kan? Panggilan Ayah? Ibu? Yang ku ketahui hanya 'Nyonya Besar' dan 'Tuan Besar' Apa salahku? Kena...