Keesokan harinya, seperti biasa Taufan akan bersiap siap untuk bekerja, padahal melihat saudaranya yang lain mereka sekolah seperti biasa.
Memang yah, menjadi orang yang bodoh itu sangat tidak menyenangkan, menyebalkan sekali.
Terkadang Taufan berfikir, kemana keluarganya yang dulu? Yang selalu ada disampingnya, memberinya apa yang ia mau, entah itu kasih sayang, pelukan, perhatian.. Semuanya.
Taufan sangat merindukan itu, sangat sangat merindukan itu semua.
"Baiklah.. Taufan, hari ini akan menjadi lebih baik daripada kemarin.. Kuharap.. " Lirih Taufan lalu mengambil sapu dan mulai membersihkan rumah.
Taufan menatap saudara-saudaranya yang sedang makan bersama kedua orang tuanya.
Hali menoleh pada Taufan lalu menatapnya, Taufan langsung Memalingkan wajahnya dan melanjutnya menyapu nya.
'Taufan pasti mau makan... ' Batin Hali, Hali sebenarnya tidak tahan dengan semua ini, adiknya yang ia sayangi, satu satunya saudara yang sangat dekat dengannya..
Kini seolah olah sudah menjadi seorang pembantu tanpa peran apapun di rumah ini.
Halilintar dengan saudaranya ingin sekali membantu Taufan tapi apa daya..
#Flashback
"Ingat, Hali.. Kalian semua harus menjauhi Taufan, apapun alasannya jangan dekati sampah itu." Tegas sang ayah sambil menatap Halilintar dengan yang lainnya dengan sangat dingin
"M-maksud papa? Hali gak mau!!" Bentak Hali dengan amarahnya yang melonjak (?) tinggi.
"Jika salah satu dari kalian tidak menurutiku, lihat saja, anak itu akan mati dihadapan kalian semua." Sarkas sang ayah dengan nada ancamannya.
"A apa.. Ck!! Menyebalkan!" Hali langsung berjalan pergi keluar dari kamar ayahnya itu.
#Flashback Off
'So Lonely... ' Batin Taufan.
Jujur saja, Taufan sangat sakit hati dengan perlakuan keluarganya padanya saat ini.
Ia ingin keluarganya yang dulu, yang selalu menemaninya, memberinya apapun yang ia mau.
' lapar... ' batin Taufan lalu melanjutkan menyapu rumahnya, ia hanya diam fokus dengan pekerjaannya, sesekali ia melirik pada keluarganya yang sedang makan dengan sangat enaknya.
Clak.. Clak..
Hingga sampai Taufan tak sadar, air matanya lolos padahal ia sudah menahannya selama ini, Hali yang melihat itu kaget, ingin sekali ia memeluk adiknya itu dan membuatnya senang, tapi ia sadar dengan "Ancaman" kedua orang tuanya itu.
Taufan pergi tanpa mengatakan apapun, ia sepanjang hari selalu di suruh entah itu pekerjaan ringan maupun berat, Akhir akhir ini pun Taufan sering terlalu kelelahan, sampai-sampai ia pingsan saat bekerja, tapi saat ia pingsan, semua orang tak ada di rumah sampai ia sadar kembali pun sama saja.
'Taufan rindu mama sama papa.. ' Batin Taufan
Taufan sadar, ia tak berguna, ia tak memiliki kepintaran yang dimiliki oleh seluruh saudaranya, untuk itu ia di kucilkan seperti ini.
Tapi mengapa harus seperti ini...
Taufan butuh sandaran, Taufan butuh kasih sayang.. Seseorang..
'Siapa saja... Tak ada kah yang ingin memelukku? Yang ingin berbicara padaku? Aku sangat kesepian.. Aku sangat kesepian... ' Batin Taufan.
Taufan pun masuk ke kamarnya dan duduk di tepi kasur, lalu menatap sebuah foto, dimana semuanya masih baik baik saja, Taufan memeluk foto tersebut sambil menangis.
Memori demi memori berputar kembali di dalam otaknya, terkadang Taufan berfikir, ingin sekali ia hilang ingatan agar semua luka ini tak membuatnya stress.
Tapi tugas Taufan belum selesai, yaitu untuk membahagiakan kedua orang tuanya dan juga saudaranya.
"Sampai hari itu tiba.. Aku akan selalu di sisi kalian...Mama.. Papa.. Kakak...adik adiku, Semuanya.. Ehehe.. Aku... Akan melakukan yang terbaik.. Yang membuat kalian senang.. Suatu saat nanti... " Gumam Taufan sembari mengusap foto keluarganya lembut.
"Dan aku yakin! Aku akan mendapatkan kasih sayang kalian lagi!" Semangat Taufan dengan senyuman khasnya
Taufan membaringkan dirinya lalu menatap sebuah jaket yang ada di sampingnya.
"Jaket dari Kak Hali... " Taufan pun memakainya lalu tersenyum tipis
" Hangat... Seperti pelukan kakak... Eheh... Hiks... Uhuhu... Taufan rindu kak... Hiks.. " Tangisan Taufan pecah disaat ia memakai jaket itu,itu adalah pemberian Hali disata ulang tahun mereka bertujuh, itu adalah hadiah yang sangat istimewa bagi Taufan.
Sampai kapanpun ia akan menjaga jaket itu, ini adalah satu satunya benda yang bisa membuatnya tenang disaat ia terpuruk.
#Flashback ON
"Terima Kasih Kak!! Jaket ini akan Taufan jagaaaa dengan baik!!!" Semangat Taufan sambil memeluk Hali erat
"Mmh! Ehehe.. Jaga baik baik.. Kalau kakak lagi gak ada lalu kau sedang menangis.. Kau pakailah jaket itu, itu akan membuatmu sedikit tenang adikku sayang... " Ucap Hali dengan nada yang lembut sambil mengelus kepala Taufan lembut
"Um!! Taufan janji!"
#Flashback OFF
Taufan meremas dadabya kuat, sangat sesak.. Air matanya terus mengalir sangat deras, tak ada siapapun yang menghapus air matanya sama sekali.
Dulu biasanya disaat Taufan menangis, pasti salah satu dari saudaranya akan memeluknya erat dan membuatnya tenang.
Krieeett
Suara pintu terbuka dan menampakkan seseorang yang tentu saja Taufan kenal...
"Hik.. Hiks.. Mm...?" Taufan menoleh padanya dengan matanya yang sembab dengan bingung
"Taufan.. "
_____________________________________
Yosh! Selamat membacaaa, maaf yah ceritanya agak pendek nih!
Jangan lupa tinggalkan Vote dan Comment ne!! UwU
Follow uga!! >w<) /
Cerita selanjutnya akan di buat oleh putripjp32
Selamat menikmati~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Always Wrong [COMPLETE]
AcakKeluarga? Kasih sayang? Apa itu? Aku belum pernah merasakannya sama sekali. Bagaimana rasanya jika kalian di kucilkan? Diacuhkan? Pasti sangat sakit kan? Panggilan Ayah? Ibu? Yang ku ketahui hanya 'Nyonya Besar' dan 'Tuan Besar' Apa salahku? Kena...