Chapter 4 : The Promise

2.3K 270 8
                                    

#Sore Harinya

"BANGUN CEPAT! DASAR TUKANG TIDUR!" Teriak Raihan yang tak lain adalah Ayah Taufan sambil menendang Taufan sampai terbentur ke dinding

"MKKHH!!! Hh... "Taufan membuka matanya perlahan, darah mengalir dari mulutnya karena benturan yang sangat keras

Tubuhnya masih lemah karena ia dikurung hampir seharian di dalam ruangan yang gelap ini, jangan lupa ia itu kan Phobia gelap.

"Y-ya.. Pa--M mm... Tuan besar..." Taufan berdiri perlahan, menahan rasa sakit yang sangat kuat di bagian perutnya karena tendangan sang ayah.

Taufan tak bisa melawan, jika ia melawan maka habislah riwayatnya, papanya itu terkenal sangat sadis pada siapapun, terkecuali keluarganya.

Ya begitulah kata orang-orang, siapa sih orang tua yang mau menyakiti anaknya sendiri? Itu jarang terjadi

Seperti yang Taufan alami sekarang, ia merasa sangat kosong, dengan ayahnya yang membencinya dan saudaranya yang harus menjauhinya karena perintah ayahnya yang sangat kejam.

'Walaupun papa begini.. Taufan yakin... Suatu saat nanti papa akan memeluk Taufan dengan kasih sayang kan.. Papa... ' Batin Taufan

"Sekarang cepat keluar!! Dan bereskan semua wilayah rumah ini!" Sarkas Raihan lalu pergi

"hiks... H hiks... Papa berubah.. Mama juga.. Berubah hiks... Semuanya.. Hiks.. Berubah.. H hiks.. Uhuhu.. Hiks.. " Taufan menangis terisak sambil mengambil sapu dan mulai membersihkan rumah

'Ingin sekali aku pergi... Siapapun... Bunuh aku.. Aku sudah tak tahan...' Batin Taufan

Semua ini membuat Taufan stress bahkan trauma, melihat ayahnya yang menatap tajam padanya saja itu sudah membuat Taufan sangat ketakutan.

"Kepalaku pusing sekali.. " Gumam Taufan, ia masih lemas karena dikurung di kegelapan, itu sangat menakutkan, melebihi apapun

"Hehe, syukurlah, kalian memang anak mama yang bisa di andalkan." Ucap Alexa yang tak lain adalah ibu dari ketujuh saudara itu sambil tersenyum tipis

"Uhm... Ehehe iya ma! Apapun demi mama sama papa!" Teriak Blaze dengan sangat semangatnya

Taufan terdiam, ia hanya bisa melihat keenam saudaranya itu dimanjakan oleh kedua orang tuanya.

'Aku juga ingin.... ' Batin Taufan, matanya mulai memanas menandakan ia bisa saja menangis kapan saja

'Fan juga ingin... Di anggap... Anak sama mama papa.... Kenapa..' Batin Taufan

Dan akhirnya..

Clak.. Clak..

Air mata mengalir deras, Taufan tak bisa menahan semua ini lagi, jika ia tak dianggap anak oleh kedua orang tuanya untuk apa ia disini, ingin sekali ia pergi.. Bahkan jika ia ditakdirkan untuk pergi selamanya.. Ia akan senang.

'Kapan aku mati.. Cepatlah.. '

"Taufan?," Tak sadar ternyata Hali ada di hadapan Taufan, dan terkejut melihat Taufan yang menangis dalam diam

"?!!! A... Ah.. Ha.. " Taufan menunduk, tak berani untuk menatap sang kakak, walaupun sebenarnya ia sangat ingin diperhatikan oleh kakak sulungnya itu, tapi ia tahu itu pasti mustahil

Taufan menatap ayahnya yang menatap Taufan dengan tatapan tajam, dan akhirnya Taufan berjalan melewati Hali tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"A.. A-ku.. Ung.... " Taufan tak berani mengatakan apapun lagi, ia takut akan dikurung lagi di gudang yang sangat gelap itu

I'm Always Wrong [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang