Kenapa kami harus belajar hal-hal seperti itu? Well, biar kuperjelas lagi.
Enam bulan lalu, setelah perayaan ulang tahun keduapuluhku, aku mendekam di kamar selama tiga hari penuh. Aku tidak mau menemui papa dan ketiga kakakku. Hanya bibi asisten rumah tangga yang ku izinkan masuk, sebatas mengantarkan makan. Lalu di hari keempat, Kak Jo dan kekeras-kepalaannnya mendobrak pintu kamar dan memberitahu fakta lain yang tidak kalah mengejutkan.
Selain senjata api dan obat-obatan terlarang, kami punya organisasi yang berisikan pembunuh bayaran.
Hanya itu, dan Kak Jo melenggang pergi dengan santai setelahnya. Sama santainya saat ia mengungkapkan fakta yang seperti tidak berarti apa-apa itu. Aku tidak ingin bertindak cengeng sebenarnya, tapi tiba-tiba saja aku menangis. Lagi. Lebih dramatis dari sebelumnya. Membasahi setengah dari besar bantal ku. Kak Jeff dan Kak Yudith yang berada di rumah hari itu langsung menghampiriku ke kamar. Mudah saja karena pintu kamarku sudah tidak terpasang dengan benar. Raut mereka khawatir campur kaget. Mereka mencoba menenangkanku, tapi aku sendiri tidak tahu bagaimana bersikap tenang. Jadilah Kak Yudith terus berada di sisi semalaman hanya untuk menepuk-nepuk punggungku dan membisikkan kalimat-kalimat dukungan. Sampai aku lelah sendiri dan akhirnya tertidur.
Tiga hari berikutnya, aku mogok makan. Besoknya, aku demam selama seminggu.
Di hari ke-15 aksi dekam-mendekam di kamar, papa datang menghampiri. Dia sebenarnya papa yang baik dan aku menyayanginya. Hanya saja ia jarang turun tangan sendiri jika aku terkena masalah. Selalu ketiga kakakku yang kalang kabut, bukan papa. Jadi kedatangannya sedikit mengejutkan.
"Gaga."
Kalau suara papa di-setting selembut ini, bagaimana aku tidak luluh dan mendengarkan?
"Papa paham kenapa kamu terpukul banget sama berita ini. But, sweety, kami gak bisa membiarkan kamu terus-terusan sebagai satu-satunya pihak yang buta. Apalagi dengan kejadian baru-baru ini." Papa berhenti sejenak. Menghela napas berat sambil memijit pelan pelipisnya yang sudah tercetak beberapa kerutan.
Sewaktu Kak Yudith menemaniku semalaman saat itu, Kak Yudith cerita banyak hal. Salah satunya mengenai 'kejadian baru-baru ini' yang dimaksud papa. Ternyata, sejak aku TK papa sudah mengerjakan sekelompok orang yang bertugas mengawasi setiap detiknya. Hal ini penting karena bisa saja aku dimanfaatkan oleh musuh papa, seperti diculik dan dijadikan sandera misalnya. Kak Yudith bilang, hal ini sudah sering terjadi. Namun berkat orang-orang suruhan papa tersebut, aksi tersebut tidak pernah berhasil.
Aku merasa bodoh sekali saat mendengar hal tersebut. Bagaimana bisa aku tidak tahu selama ini setiap hari dan setiap detiknya, ada sekelompok orang yang mengamati dan melaporkan gerak-gerikku kepada papa. Tanpa terkecuali. Aku juga mendadak malu karena sudah pasti aku beberapa kali melakukan hal yang seharusnya menjadi privasi. Dan oleh sebab itu aku juga merasa marah. Aku tahu ini demi kebaikanku, tapi tetap saja, kan? Setiap orang butuh privasi.
Mengenai kejadian baru-baru ini, sebelum ulang tahun keduapuluhku aku hampir berhasil diculik. Hampir. Untung saja, les judo, muay thai, karate, dan taekwondo, yang dulu dipaksakan papa untuk aku ikuti sedikit membantu. Pun Rina yang mendadak mahir mengayunkan pentungan dan kakinya berhasil melumpuhkan sejenak oknum calon penculik kami. Sementara saja, tapi kami berhasil lari ke kerumunan dan menghilangkan jejak.
"Papa udah tua Gaga. Walaupun papa masih keliatan sehat, tapi siapa yang tau umur manusia? Apalagi papa punya banyak musuh diluaran sana yang mengincar kepala papa." Mendengar hal tersebut aku sontak memeluk papa. Ia balas memeluk dengan tangannya mengelus-elus punggungku. "Dan kakak-kakak kamu sama-sama bahaya. Ini salah papa karena melibatkan mereka. Papa berdosa untuk itu. Tapi untuk alasan yang sama dengan papa melibatkan kamu, papa ingin kalian bisa melindungi diri sendiri. Memang, papa punya banyak orang yang siap melindungi kalian asalkan dibayar. Tapi siapa yang tahu hati manusia? Kalau sewaktu-waktu mereka tergiur oleh jumlah yang lebih yang dibayar papa dan berbalik mengkhianati kita, siapa lagi yang bisa melindungi kalian kalau bukan diri kalian sendiri? Jadi, papa minta maaf karena jadi papa yang gak baik buat kalian. Maaf, karena papa kalian gak bisa hidup tenang seperti yang lain."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Guns On My Back
General FictionNCT MAFIA ____________ Mana yang lebih baik bagimu? Mati di tangan musuh atau mati di tangan orang terkasih, sekalipun itu berarti pengkhianatan? Aku, lebih memilih mati di tangan terkasih. Pengkhianatannya tidak penting. Bagiku yang terpenting ad...