—ada nc sedikit
"San? Sannn, San bangun ayukk sarapannya udah selesai." San perlahan membuka matanya dan menemukan simanis dengan mata indahnya. Ia tersenyum lalu seketika ia kembali teringat kejadian kemarin, ia segera duduk dan membuat Wooyoung kebingungan.
"Kamu udah sehat?"
"Aku ga sakit." San tersenyum lalu melingkarkan kedua tangannya dipingang simanis dan menyembunyikan wajahnya diperut datar itu.
"San kenapa?" Wooyoung membalas dengan mengusap surai itu sayang, yang ditanya menengadah menatap suaminya dengan sorot mata memelas
"Sayang mau ga maafin San?"
"San salah apa?"
"Banyak, San kemarin jahat sama sayang, sama Osan juga." Wooyoung menggeleng
"Haaa maafin akuu, iyaa aku nakal kamu boleh pukul aku kok, atau ga aku beliin kamu pabrik coconut cake dehh, atau apa aja tapi maafin akuuu." Rengek San sambil mengguncang tubuh sang suami kekanan dan kekiri.
"San ga jahat San." San menatap kesal Wooyoung, lalu menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu untuk berbaring di sebelahnya. Dua pasang manik itu kini saling tatap.
"I love you." Ucap San sambil mendekatkan tubuhnya dan mengambil jatah morning kissnya. Bukan kecupan, melainkan lumatan sayang yang memabukan. San menghisap dua bilah ranum itu bergantian dengan tempo lamban, ia ingin menikmati betapa nikmatnya setiap kali ia menghisap bibir sang suami.
"Aaa sayang." Wooyoung membuka mulutnya sesuai perintah, San benar-benar menang banyak jika dalam urusan seperti ini, karna Wooyoung akan pasrah berada dibawah kuasanya.
San memasukkan lidahnya bersilaturahmi pagi dengan lidah Wooyoung, menyapa deretan gigi rapi itu dan sesekali bergelut manja dengan lidah sang submissive.
Apakah kedua tangan pria itu diam saja? Owh tentu saja tidak, San memasukkan tangan kirinya kedalam baju yang dikenakan Wooyoung, mengusap sensual setiap inci tubuh pujaannya hingga berhenti di nipple simanis, ia mencubitnya gemas. Alis Wooyoung bertaut menahan sensasi yang tidak bisa ia cerna.
Wooyoung menahan tangan San yang berada didadanya, dan tangan yang satunya mendorong tubuh itu menjauh. Tapi itu bukan berarti Wooyoung menolak, disaat seperti ini hanya akan ada bahasa tubuh. Mengerti tak mengerti apa maksudnya, yang jelas tubuh akan merespon setiap sentuhan sensual itu.
San melepaskan tautan bibir mereka "Bentar yaa." Lalu ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, San tidak bisa menahannya, lagi pula mereka sudah dalam hubungan yang sah bukankah tidak masalah melakukannya dipagi hari? Yaa hitung-hitung ganti olahraga dan siapa juga yang akan melarang mereka?
San mengulum bibir bawahnya menahan nafsu melihat wajah kesakitan Wooyoung yang terlihat begitu menggoda dimatanya.
"San mau masuk ya?" Pertanyaan polos Wooyoung membuat San terkekeh lalu menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang pujaan dan mencium setiap inci leher itu, dia tidak akan membuat tanda karna itu akan sangat mengganggu nantinya. Tangannya mulai turun berniat mengganti mainannya. Ia menurunkan celana yang Wooyoung kenakan, tidak keseluruhan karna ia berencana akan menyelesaikannya dengan cepat.
"Sayangg." Panggilnya sambil mengusap rambut Wooyoung kebelakang dan memperlihatkan wajah manisnya secara keseluruhan
"San nakal lagi, maaf ya?" Wooyoung tidak menjawab dan sibuk dengan nafasnya seperti habis berlari kesana-kemari.
"Kita kan udah lama, nanti pasti sakit dikit, sayang bisa tahan?" Wooyoung mengangguk, tidak terlalu mengerti tapi iya kan saja. San bukan tipe pasangan yang akan melonggarkan zona nya sebelum masuk, ia lebih menyukai melakukan nya secara langsung tanpa pembukaan apapun menggunakan tangan atau lidah atau apapun itu, ia lebih menyukai jika kejantanan nya lah yang langsung menjadi pelonggar sekaligus pemuas.