"Aku ga mau lagi ya bangunin kamu besok! Harus bangun sendiri pokoknya!" Peringat Yunho sebelum San keluar dari kantin, ia ingin segera kembali kekamarnya untuk tidur
"Iya bawel! Bini lo noh Gi! Kandangin!" Mingi hanya terkekeh mendengarnya, lalu setelah itu San benar-benar keluar
"H—halo Pak San?" San menghela nafasnya saat mendengar namanya lagi-lagi menggunakan titel Pak
"Bisa ga," San menggantung kalimatnya saat menemukan Wooyoung berdiri dibelakangnya "Ohh Wooyoung." Ia merubah intonasi suaranya
"Pak San mau ke kamar??"
"Iya, hmm kata Yunho kita seumuran loh."
"Oh yaa?"
"Iyaa, jadi lo eh kamu manggil aku San terus aku manggil kamu Wuyo." Wooyoung mengangguk banyak
"Pinternya, sekarang Wuyo mau kemana?"
"Mau ke kamar."
"Kamar Wuyo yang waktu itu kan? Yang dilntai dua?" Wooyoung menggeleng "Wuyo tinggal sama Yunho, San."
"Owh yaudah San anterin."
"Bareng mau ga?"
"Mau!"
Lalu mereka berjalan beriringan di sepanjang koridor menunju rumah sang ketua yayasan yang masih terletak di pekarangan panti
"San suka nanyi yaa?"
"Hm, Wuyo juga? Suara Wuyo waktu bagus."
"Makasih, suara San juga bagus Wuyo suka!" San tersenyum lalu mengusak rambut yang menurut nya terlalu panjang karna sudah menutupi matanya
"Rambutnya ga ganggu kah?"
"Hng? Enggak kok." Wooyoung segera menyelipkan ponynya kebelakang telinga sehingga kini wajahnya bisa San lihat sepenuhnya
"Ga ganggu kan? Pony Wuyo ga jahat kok San." San hanya membalas dengan senyuman dan mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah pelan. Walaupun tidak ada percakapan tapi tidak ada atmosfer canggung diantara mereka. Mungkin karna Wooyoung yang seolah memiliki dunianya sendiri. Ia sibuk melompat kesana dan kemari sambil menyenandungkan nada acak yang tetap terdengar merdu.
"Wuyo udah sampai! San mau Wuyo temenin kekamar ga?" San tersenyum mendengar tawaran tersebut
"Gapapa, San bisa sendiri ko." Wooyoung tersenyum lalu melambaikan kedua tangganya
"Hati-hati yaa."
San ikut melambaikan tangannya lalu melanjutkan langkahnya sendiri menuju kamar.
—————
Tidur San terusik akibat suara gaduh yang berasal dari luar, ia sudah berusaha meredam suara tersebut dengan menutup kepalanya dengan bantal tapi nihil suara itu tetap terdengar.
"Ribut banget anjing!" Ia segera menyibak selimutnya dan berjalan tergesa-gesa menuju pintu lalu keluar.
San langsung membawa dirinya kearah tangga dan ya, ia menemukan sekumpulan orang yang tengah duduk melingkar tak jauh dari gedung ini.
"HEH! DIEM BISA?!" San paling anti jika tidurnya diganggu, jadi ia tidak peduli siapapun yang ada disana dan apapun yang mereka lakukan, karna yang jelas mereka mengganggu.
Entah apa yang mereka katakan tapi yang jelas kini mereka semua berjalan kearah gedung seperti ingin menghampiri San.
"Owhh nyari lawan? Oke!" San segera menutup pintu kamarnya dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
Aroma alkohol menyebar menusuk indra penciuman San yang sudah sangat hafal dengan semua jenis minuman seperti ini.
"Tsk, baru minum sake aja udah pada teler?" San memandang remeh semua yang ada disana, ya sebenarnya tidak ada yang salah mereka ingin minum sake, bir, wiski, vodka, everclear atau alkohol apapun itu, ini hanya karna San tengah kesal jadi ia menghina dengan mengatakan sake seperti sesuatu yang rendahan
