26. Jangan Menzalimi Diri Sendiri

1.7K 153 16
                                    

“Kita boleh lakukan apa saja asal bukan hal yang jahat, tetapi pikirkan kondisi diri sendiri juga. Jangan terlalu memaksakan diri yang menyebabkan menzalimi diri sendiri.”

~ Hilma Salma Fahira ~

 


Seorang pemuda mulai membuka kedua bola matanya. Dahinya berkerut, melihat ruangan bernuansa putih, bau obat-obatan menyeruak. Kepalanya menoleh ke samping kanan. Dilihatnya seorang pemuda tengah tertidur di sampingnya.

“San ... Ikhsan ....”

Mendengar suara lirihan, membuat Ikhsan terbangun dari tidurnya. Ia mendongakkan kepalanya. Netranya berbinar, melihat Rafa sudah sadar.

Alhamdulillah lo udah sadar, Fa. Gue khawatir banget sama lo. Udah empat jam lo nggak sadarkan diri. Bentar lagi Hilma ke sini. Dia ngajar dulu,” ujar Ikhsan begitu senang. .

“Makasih, San,” lirih Rafa.

“Kita itu sahabat. Harus saling membantu. Rafa, kata dokter lo terserang demam. Dokter bilang lo harus rawat inap semalaman,” ujar Ikhsan, membuat Rafa menggeleng.

“Aku nggak mau.”

Tiba-tiba seorang pria berjas putih masuk ke dalam ruangan. Ia menghampiri Rafa, kemudian meletakkan stetoskopnya di dada Rafa. Dokter Fatah mulai memeriksa keadaan Rafa.

“Apa yang kamu rasakan saat ini, Rafa?” tanya dokter Fatah.

“Aku mual, Dok. Pusing, pening, haus,” jawab Rafa.

“Terus, kenapa nggak mau rawat inap?” tanya dokter Fatah.

“Nanti ayah marah kalau aku hilang terus,” jawab Rafa. Dokter Fatah mengusap surai legam Rafa dengan lembut.

“Katakan jika kamu sedang sakit. Rafa, kamu benar-benar harus istirahat. Kamu nggak bisa terus-terusan memaksa tubuhmu beraktivitas.”

“Tapi, Dok?”

Dokter Fatah menggeleng. “Tidak ada kata tapi, Sayang. Dokter nggak mau kamu nge-drop lagi.” Dokter Fatah melepaskan masker oksigen yang Rafa kenakan, kemudian menggantinya dengan selang oksigen.

“Dok, aku mual.”

“Ikhsan, ambil baskom di bawah,” pinta dokter pada Ikhsan. Pemuda itu mengambil baskom di bawah ranjang. Ia meletakkannya di bawah wajah Rafa.

“Muntah aja. Dokter bantu.”

Rafa mulai memuntahkan isi perutnya dengan dokter Fatah memijit tengkuknya. Rafa begitu tersiksa dengan rasa sakitnya. Ikhsan tidak tega, melihat Rafa kesakitan. Setelah dirasa tak mual, Rafa kembali membaringkan tubuhnya.

“Sudah enakan?” tanya dokter Fatah.

Rasa mual itu kembali lagi. Rafa membungkuk, memuntahkan isi perutnya. Dokter Fatah membantu Rafa.

“Ah ....”

Dokter Fatah membersihkan area bibir Rafa dengan tisu.

GOOD BYE  [Sudah Terbit ❤️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang