18. Kemenangan & Menghilang

1.5K 152 15
                                    

“Jika kita mau bersungguh-sungguh berusaha tak lupa selalu libatkan Allah setiap apa pun yang ingin kita lakukan, In Syaa Allah tak akan pernah mengkhianati hasil.”

 

~ Rafanza Athaar Rabbani ~

 

Seorang pemuda tengah berkutat dengan pensil dan selembar kertas soal dan jawaban. Pemuda itu mengamati setiap butiran soal yang ada di depan matanya.

“Ini ... dikali silang dulu. Hukum trafo,” gumam Rafa. Pemuda itu langsung mengerjakan soal tersebut. Dengan cekatan, ia menggerakkan pensil dengan cepat.

Bismillah, aku pasti bisa, semangat, Rafa. Semoga usahamu membuahkan hasil yang maksimal. Aku akan buktikan kepada Ayah kalau aku bisa membanggakan dia.

Satu setengah jam telah berlalu. Seratus butir soal telah selesai ia kerjakan. Pemuda itu keluar dari ruangan dengan jantung yang berdebar sangat kencang.

Seorang wanita berjilbab hitam datang menghampiri Rafa. Ia menyentuh pundak pemuda tampan yang sudah dibanjiri oleh buliran keringat.

“Gimana, Rafa? Ada kesulitan?” tanya Bu Annisa.

Rafa melengkungkan bibirnya. “Alhamdulillah, Bu. Semua lancar. Doakan saja, semoga hasil Rafa bisa membanggakan nama sekolah kita, Bu,” sahut Rafa.

“Yang penting kamu sudah berusaha, Rafa. Masalah menang dan kalah, itu biasa. Ibu bangga sama kamu, Nak,” ujar Bu Annisa.

Rafa mengangguk. “Iya, Bu. Setidaknya saya sudah mencobanya. Saya senang mendapatkan tawaran ini, Bu. Terima kasih sudah percaya sama saya,” ucap Rafa.

“Rafa, tadi Pak Akbar sempat menghentikan hal ini. Namun, saya berusaha membujuk beliau. Karena tidak mau sekolah malu, Pak Akbar mengizinkan saya membawa kamu ke sekolah ini,” jelas Bu Annisa, membuat Rafa melengkungkan bibirnya.

Ayah, lihat saja nanti hasilnya. Rafa berharap semoga tidak mengecewakan ayah.

Jam sebelas siang, semua siswa dan siswi dari berbagai sekolah di Jakarta Pusat berkumpul, berbaris di lapangan SMA Permata Bangsa. Rafa merasakan jantungnya berdegup begitu kencang. Wajah dan seluruh anggota tubuhnya telah dibanjiri oleh keringat. Rafa berdoa dalam hati, semoga usahanya tidak mengecewakan.

“Juara tiga olimpiade fisika se-Kota Jakarta Pusat dari SMA Negeri 7 Kota Jakarta Pusat, atas nama Dahliya Agnesia, dengan nilai delapan puluh tujuh. Juara kedua yaitu dari SMA Negeri 15 Kota Jakarta Pusat, Muhammad Fathur Ar-Rahman, dengan nilai sembilan puluh satu.”

Rafa makin merasakan debaran jantungnya makin kencang. Antara dirinya juara satu atau kalah. Pemuda itu memejamkan mata. Ia terus merapalkan doa.

Ya Allah, apa pun hasilnya nanti, semoga itu yang terbaik.

“Juara satu olimpiade fisika se-Kota Jakarta Pusat adalah ... dari sekolah ... SMA CERDAS INOVATIF ATAS NAMA RAFANZA ATHAAR RABBANI DENGAN NILAI SEMBILAN PULUH TUJUH!”

Rafa membulatkan mata dengan sempurna. Ia tidak menyangka dirinya ternyata juara pertama. Pemuda itu sujud syukur di lapangan. Buliran bening lolos dari matanya. Ia sangat bersyukur atas keputusan untuknya.

Ya Allah ... terima kasih.

“Untuk para pemenang, silakan maju ke depan,” pinta seorang panitia. Ketiga juara olimpiade tersebut maju ke depan. Mereka menerima piagam, medali, dan uang. Sementara Rafa mendapatkan tambahan piala. Rafa berbinar saat menerimanya.

GOOD BYE  [Sudah Terbit ❤️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang