Ø4. SEGITIGA BERMUDA

20 6 0
                                    

🎧 Hurts So Good - Astrid S

***

"Pembully-an dan pelecehan yang ditimbulkan pada para gadis ini, sudah berjalan cukup lama. Serta beberapa luka yang didapatkan oleh sang korban. Jadi, sebelum ini semua berjalan, apa kalian memiliki sesuatu atau sebuah masalah sehingga kalian seperti ini?,"

Wanita paruh baya itu, sang Empu dari Mentana. Menggebrak meja dengan keras, polisi yang ada disekeliling pun menenangkannya.

"Dia ini, dia," kata nya menggantung dengan telunjuk kanan yang menunjuk nunjuk wajah Nilam dengan teramat benci.

"Dia dan keluarganya telah meminjam banyak uang bank dan sudah berjanji akan membalikkan secepatnya. Tapi, sewaktu saya tagih, mereka malah menghindar." lanjutnya.

"Lalu Anda menyuruh anak Anda ikut mencampuri masalah itu ketangan gadis ini? Dengan main fisik dan juga mental?," tanya sang Ketua.

"Ya! Dan saya masih belum merasa puas. Saya ingin anak ini benar benar tertekan untuk menanggung semuanya. Bila perlupun sampai mati." sahut wanita paruh baya itu dengan nada bangganya.

Sang Ketua pun yang tidak mau terjadinya kontak fisik terulang lagi pada Nilam akhirnya segera membawa wanita paruh baya beserta Mentana, Capella, dan Jesiela menuju tempat tahanan.

Selepas baliknya sang Ketua, beliau langsung berbicara pada Nilam.

"Ndok, habis ini pulang ya. Wong edan karo antek anteknya sudah mencling hilang. Selesaikan masalah yang terjadi, secepatnya yoo. Kalau mau cek mental, segera yoo, supaya cepat membalik."

"Iyoo, Pak. Matur nuwun. Saya balik ndisek yo Pak. Assalamualaikum." (Iyaa, Pak. Terima kasih. Saya pulang dulu ya Pak. Assalamualaikum.)

"Waalaikumsalam."

Sekeluarnya Nilam dari kantor Polisi, dirinya langsung bertemu dengan Samuel. Lalu, cowok itu menghampiri dirinya.

"Udah selesai?,"

"Iya, Kak."

Samuel manggut manggut. Lalu mereka berdua jalan menuju perkiran yang berlangsungan keluar dari area kantor Polisi.

"Gua anter ya, sekalian lo bisa lebih adem."

"Maksudnya?,"

"Udah, masuk aja."

***

"Kak!, Kak! Sampe sini aja. Makasih ya." ingin membuka pintu mobil, tapi tertahan karena kalimat yang di lontarkan oleh Samuel.

"Maafin Mentana ya, gua juga. Gua enggak gercep waktu kejadian tadi sore."

"Iya gapapa. Gak masalah kok."

Tak ada jawaban, Nilam memutuskan untuk turun dari mobil. Sudah diluar, Samuel masih saja belum pergi. Akhirnya ia tersenyum pada Samuel lalu berlari menuju rumahnya.

Sekarang sudah larut, pasti orang rumah sudah pada tidur. Tetapi ia sangat malas untuk memanjat tangga, dan beralih melewati pintu utama. Baru saja ingin membuka pintu kamar, teriakan boriton itu, kembali muncul.

Segitiga Bermuda ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang