37: Kedatangan Eugenio

2.3K 211 59
                                    

Ruangan itu hanya diterangi cahaya seadanya, dan suara erangan kesakitan Marcio berulang kali terdengar bersamaan tangis Patricia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan itu hanya diterangi cahaya seadanya, dan suara erangan kesakitan Marcio berulang kali terdengar bersamaan tangis Patricia. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan keduanya. Sebab kedua tangan Marcio terentang pada kedua tiang di kiri dan kanan, terikat oleh tali coklat. Sementara Patricia beruraian air mata, tubuhnya didekap erat oleh pria bertubuh kekar dan memiliki wajah menyeramkan agar tak bisa menjangkau Marcio.

"Hentikan! Kumohon berhenti!" jerit Patricia, tak sanggup menyaksikan kondisi Marcio yang bertambah babak belur. Wajah dan perut lelaki itu berulang kali dipukul oleh Eugenio hingga darah keluar dari mulutnya.

Namun Eugenio tak menggubris Patricia. "Kau pikir kau bisa terus membodohiku, anak sial?!" Satu tangan Eugenio lalu menarik rambut Marcio ke belakang agar menatapnya, tapi mata sayu Marcio tak merasa gentar saat bersitatap dengan Eugenio.

"Bukankah sewaktu aku masih kecil, kau sering bermain petak umpet denganku, Ayah?"

Mendengar itu, amarah Eugenio sukses menggelegak di dalam dada. Cengkramannya di rambut Marcio menguat. Matanya memerah, merasa sangat kesal. "Kau..."

"Apa kau lupa siapa diriku, Ayah? Aku adalah putramu, darah dagingmu."

"Lalu kenapa kau menembak Ayahmu sendiri?"

"Tapi aku tak pernah membunuhmu Ayah, terlepas seburuk apa dirimu," sanggah Marcio, berusaha menahan seluruh rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Detik itu pun, Eugenio melepaskan jambakannya secara kasar dari rambut Marcio, membuat kepala Marcio terhempas ke bawah. "Baiklah. Kau memilihnya." Eugenio lalu berbalik dan melirik pria yang merupakan bagian kelompoknya, sedang menahan kuat tubuh Patricia.

"Tembak wanita itu!" teriak Eugenio, memberi perintah, dan dengan sigap pria itu menodongkan pistol di pelipis Patricia, tapi sebelum semua itu terjadi Marcio lekas berteriak, menghentikan langkah Eugenio yang hendak meninggalkan gudang di mansionnya.

"Jangan menembaknya, Ayah!"

Hening sesaat.

"Maafkan aku... karena aku telah berusaha kabur darimu dan memusnahkan beberapa anggota kelompokku. Aku takkan... mengulanginya lagi. Kali ini, aku sungguh-sungguh akan mengikuti kemauanmu... Ayah."

Pria itu lantas perlahan menurunkan pistol begitu mendapati signal peringatan dari mata Eugenio. Sementara Marcio menatap tak berdaya ke arah Patricia yang terisak kecil. Meski begitu, Marcio bisa bernapas lega sekarang.

Ketika Eugenio kembali muncul di hadapan Marcio. Marcio mengalihkan pandangan lemahnya pada sang Ayah. "Ada sebuah pelacak yang menunjukkan bawa mereka berdua berada di kawasan Riva Del Garda. Aku akan menunjukkan padamu, Ayah."

"Kau seharusnya melakukan sejak tadi," ucap Eugenio sambil menepuk dua kali pipi Marcio sebelah kanan yang penuh memar. Sebelum kemudian memberi perintah baru. "Bawa mereka berdua!" Langsung beberapa anggota kelompok Block Fire yang masih tersisa dan berjaga di pintu yang memang terbuka segera masuk dan melepaskan Marcio.

End Of MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang