29: Ledakan Di Hutan

2.5K 214 56
                                    

Michelle menatap tangan Rigel yang mengenggamnya seiring langkah mereka menyusuri hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Michelle menatap tangan Rigel yang mengenggamnya seiring langkah mereka menyusuri hutan. Sama seperti malam itu, suara burung hantu terdengar di penjuru hutan belantara. Tas ransel berisi teleskop tersampir di sebelah bahu Rigel. Lelaki itu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah mencari sesuatu, sedangkan Michelle sibuk dengan benaknya sendiri.

Entah mengapa, Michelle merasa tangan Rigel, tidak sehangat tangan Gerardo. Pun jalinan jemarinya. Gerardo terasa lebih pas untuk segalanya dibandingkan dengan Rigel. Namun cepat-cepat Michelle mengenyahkan pemikiran tidak beralasannya itu.

Bukankah ini yang sejak lama ia tunggu?

Rigel, satu-satunya lelaki yang ia kagumi. Lelaki yang rela membahayakan dirinya demi mengeluarkannya dari kobaran api. Dan pada akhirnya, lelaki itu bersamanya.

Michelle menatap wajah Rigel di kegelapan malam. Rahang tegas lelaki itu, mata tajam yang terarah lurus ke depan, juga sesekali memandang ke bawah pada layar ponselnya.

"Kita akan sampai sebentar lagi." Rigel lalu memutar kepala, memamerkan senyum lembut pada Michelle, dan membawa punggung tangan Michelle ke bibirnya, mengecupnya.

Namun Michelle tidak merasakan apa pun. Malah, alam bawah sadarnya kembali teringat pada Gerardo. Lagi. Cepat-cepat ia menepisnya ulang. Ia tidak boleh terus-menerus menghubungkan semuanya dengan Gerardo.

***

Rigel tidak peduli pada senyum bahagia yang tadi ia lihat terbit di bibir Michelle. Ia cuma perlu bersabar sedikit lagi. Setelah ia mendapatkan semua yang ia butuhkan, sandiwaranya dengan gadis itu akan berakhir.

Helaan napas pelan tanpa suara lolos dari bibir Rigel ketika sampai ke titik yang diinginkan sang pengirim tanpa nama. Namun Rigel merasakan keganjalan. Karena tidak ada apa pun yang ditemukannya.

Hutan belantara itu kosong dengan keheningan malam. Seberapa jeli mata Rigel mencari ke sekitar, semua sia-sia. Ia benar-benar tidak mengerti apa maksud sang pengirim itu. Tidak sebelum suara bising mendadak terdengar di atas kepala, mencuri perhatiannya. Menengadah, mata Rigel seketika membesar mendapati tiga buah drone mengapung di udara.

Bersamaan Michelle ingin menengadah juga, detik itu Rigel mengumpat keras, "Brengsek!!"

Lalu tanpa aba-aba, beberapa bom langsung meluncur, membuat Rigel lekas menghempaskan kasar tautannya di jemari Michelle, berlanjut mendorong gadis itu. Dalam sekejap ledakan besar terjadi di hutan itu, memporak-porandakan sekitar.

Tubuh Rigel terpental akibat menghindar, tersungkur di tanah disertai erangan kesakitannya. "Sial," desisnya menyadari lengan kemejanya robek, ditambah luka bakar menganga disertai darah segar terlihat di sana.

Hal yang sama juga terjadi pada Michelle. Ia merintih kesakitan dengan posisi berbaring menyamping, memegang sebelah lututnya. Luka bakar itu tampak jelas di kulitnya, terbuka, perih dan berdarah. Kabut asap yang pekat berderak, melingkupi sekeliling. Membuat suasana di hutan itu tiba-tiba berubah mencekam.

End Of MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang