04: Kamera Pengintai

6.1K 402 42
                                    

jangan lupa pencet bintang sebelum baca ya 🙏😘

kalau ikhlas boleh tinggalin komen biar irly bisa lebih baik dalam penulisan.  btw, irly sadar lapak irly yang sebelah tokohnya jahat banget. di sini, irly berusaha perhalus setiap kata biar lebih enak bacanya. dan please, tolong bijak ya baca cerita ini. seluruh tema mafia pasti dark dan ada kejamnya. jadi tolong buat yang umurnya belum matang, bisa cari bacaan yang sesuai dengan usia kalian.

happy reading  ❤️❤️

__________________________

De Santis Mansion – Milan, Italian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

De Santis Mansion – Milan, Italian

"Apa yang sebenarnya yang anak itu pikirkan?" geram Eugenio, pria berusia 52 tahun itu berdiri mengamati Marcio dan Laura yang keluar dari mobil Limouisine dari jendela kaca besar di ruangannya sembari mengembuskan asap dari pipa cerutunya.

Warna krem mendominasi ruangan itu, sementara dinding-dindingnya didesain dengan ukiran corak unik dan klasik, membuat gaya eropa kuno sangat kental terasa. Lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci juga terpajang di dinding sebelah kanan, dan itu merupakan lukisan favorit Eugenio.

Berbalik, Eugenio memandang Gerardo, putra pertamanya yang sedang duduk di sofa dengan kaki memanjang ke atas meja tengah menyedot keras minuman gelas plastik berlogo Starsbuks, terlihat tidak peduli dengan kemarahannya.

"Gerardo, apa kau bisa berhenti melakukan itu?"

Alih-alih mendengarkan, Gerardo justru membuat hisapan lebih keras terdengar, menandaskan sekaligus, lalu mendesah sedih. "Sayang sekali. Padahal aku suka rasanya. Kau harus mencobanya sekali-kali Ayah. Jonas membelikannya untukku sebagai imbalan karena aku telah menjemputnya." Usai melempar gelas plastik itu ke tong sampah di dekatnya, Gerardo mengalihkan pandangan ke arah Jonas yang bersedekap di dinding, tampak asik dengan ponsel. "Bisakah kau membelikanku lagi Jonas?"

Jonas mendongak kesal.

"Aku tahu kau sedang memelototi gadis-gadis seksi di ponselmu, Jonas. Tapi kau harus segera pergi sekarang. Empat java chip frappucino. Satu untuk Marcio, satu untuk Ayah, satu untukku dan satu untuk tamu kita."

Menyimpan ponsel ke belakang celana, Jonas lalu menangkap kunci mobil yang dilempar Gerardo. "Keparat dan bedebah, kalian sama saja," gerutunya, mengumpati Kakak-beradik yang selalu menyusahkannya.

"Pujian yang bagus, Jonas."

Sepeninggalan Jonas, Gerardo menatap sang Ayah serius.

"Aku sudah menyampaikan perintahmu padanya, Ayah. Mungkin ia punya alasan lain kenapa membawa wanita itu kemari dan tidak membobol sistem keamanan Wesley Group," jelas Gerardo mengarah ke Marcio. Ia lalu beranjak dari sofa, menyelipkan kedua tangan ke saku, mendekati jendela besar dan ikut menatap Marcio yang menggandeng Laura di kejauhan.

End Of MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang