05: Suara Kegaduhan

5K 382 35
                                    

Michelle berdiri di depan Laura dengan jumpsuit hitam yang terlihat elegan dan formal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Michelle berdiri di depan Laura dengan jumpsuit hitam yang terlihat elegan dan formal. Rambut cokelatnya bergelombang indah, polesan make up natural yang menghiasi wajahnya menciptakan kesan berkelas. "Laura kau-" Ucapan Michelle terputus, berganti dengan keterkejutan karena Laura tiba-tiba menarik tubuhnya, memeluknya erat, dan menangis sesegukan.

"Apa yang terjadi padamu, Laura? Kau memintaku untuk menemanimu menghadiri pesta kolega Ayahmu tapi sepertinya malam ini kau tampak tidak baik-baik saja." Satu tangan Michelle bergerak pelan mengusap punggung Laura, sebelum menguraikan pelukan mereka dan memegang pundak Laura sembari menatap penuh selidik.

"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang berani menyakiti sahabat terbaikku ini?" Tanpa sengaja mata Michelle menatap travel bag hitam di dekat kakinya, ia mengernyit. "Dan kau-"

"Aku baru saja kembali dari Italia, Michelle," jelas Laura seolah tahu apa ingin ditanyakan Michelle.

"Italia?"

"Tempat kelahiran Ayahku. Aku sangat merindukannya."

"Apa itu yang menyebabkan kau menangis?"

Belum sempat Laura menjawab, terdengar suara kegaduhan di luar-seperti suara dobrakan pada pintu-bersamaan dengan jeritan yang bisa dipastikan adalah jeritan dari pemilik kamar yang berada tidak jauh dari kamar Laura. Bukan hanya itu, suara bentakan sarat akan ancaman juga turut terdengar, dan itu membuat wajah Laura memucat, tangannya yang sejak tadi menggengam satu anting yang merupakan alat mata-mata, kini menjadi mengerat.

"Apa kalian bisa diam?! Jika tidak, kami akan menembak kepala kalian."

"Ia tidak ada di sini. Cari di tempat lain."

Kedua alis Michelle saling bertautan. Penasaran, ia hendak berjalan keluar-mencoba memberanikan, tapi tiba-tiba Laura menarik tangannya. Sangat cepat. Membuat sudut ekor mata Michelle hanya sekilas melihat, dan itu sudah cukup menjelaskan sesuatu yang mengerikan. Tiga orang pria berseragam putih sebagai waitress, di mana salah satunya tampak gemetar memegang troli makanan, sedang dua lainnya terlihat kompak mengacungkan pistol yang diyakini Michelle dapat membunuh lawan dalam sekali tembak.

"Laura, apa kau mengenal pria-"

Lagi, ucapan Michelle terputus karena Laura buru-buru membawanya menuju kamar mandi, mendorong paksa tubuhnya ke dalam setelah sebelumnya memberikan satu anting yang refleks digenggam Michelle.

"Laura!!" teriak Michelle begitu melihat Laura bergegas menguncinya dari luar.

"Michelle, maafkan aku. Tapi kumohon tetaplah di sana, dan jangan bersuara," pinta Laura memberitahu, suaranya terdengar panik di balik pintu.

"Apa yang salah denganmu, Laura?! Laura!!" Michelle semakin kalut, satu tangannya spontan menggedor pintu tapi dua detik kemudian ia tersentak ketika mendengar suara beberapa orang pria disusul vas bunga dipecahkan. Mulut Michelle seketika terkunci rapat.

End Of MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang