41.1: Malam Pertama

5K 233 57
                                    

"Akhirnya, sekarang kita resmi bersama," desah Gerardo yang merebahkan diri ke kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhirnya, sekarang kita resmi bersama," desah Gerardo yang merebahkan diri ke kasur. Ia masih berada dalam setelan jas lengkap, dan hari mulai menggelap. Walau tadi sempat terjadi kekacauan sebelum acara dimulai, beruntung semua itu segera ditutupi. Namun tetap saja, beberapa tamu tampak heran mendapati memar di wajahnya. Dan sepertinya, Ayahnya memang sudah mengatur segalanya dengan rapi. Itulah sebabnya, cadangan jas dan kemeja baru telah tersedia untuknya. Tidak salah lagi, Ayahnya jelas terlibat dengan semua hal gila tadi.

Michelle yang juga masih berada dalam gaun pengantin menatap Gerardo cemas dari posisinya berdiri. "Aku akan mengobatimu." Tapi langkahnya tertahan karena Gerardo mencekal tangannya, membuat Michelle berbalik. Gerardo menyeringai lalu duduk. "Tidak perlu. Aku bisa mengurus diriku."

"Tapi—"

"Michelle, aku serius. Kau sebaiknya, mengganti gaunmu..." Gerardo menelusuri penampilan Michelle dari atas ke bawah. Membuat pipi Michelle terbakar. "Dan.. aku akan menunggumu."

"Kau yakin?"

"Aku sangat yakin." Gerardo menatap tepat di mata Michelle, ada kilatan nakal di sana. "Kau menyetujui persyaratan Ayah dan kita harus bisa bekerjasama untuk itu."

"Apa?"

"Kau tidak membacanya?" Gerardo bangkit dan mendekati Michelle, meraih punggung gadis itu agar merapat padanya. Michelle jelas tersentak sedetik dengan mata membelalak. Wajahnya bersemu. Napasnya tertahan karena bibir Gerardo amat dekat dengan bibirnya. "Ayah mengirimkan isi surat perjanjianmu padaku lewat ponsel saat kita sedang dalam perjalanan ke apartemen yang disediakannya ini sebelum kita kembali ke Italia besok."

"Aku tidak membacanya karena..." Satu tangan Michelle menahan dada Gerardo. "Aku terlalu kesal pada Ayahmu. Dan tanpa berpikir—"

"Sstt." Telunjuk Gerardo menyentuh bibir Michelle, membungkam suara gadis itu seketika. Michelle lantas menelan ludah gugup, sebelum balas memandang Gerardo. Tapi mata lelaki itu tertuju pada bibirnya hingga Michelle hanya bisa melihat bulu mata Gerardo yang lentik. "Lebih baik kau tak mengetahui isi surat itu," bisik Gerardo.

Michelle mengepalkan satu tangannya secara refleks karena telunjuk Gerardo bergerak turun membelah bibirnya. "Kau tahu, saat kau berjalan di altar tadi, aku tidak pernah bisa mengalihkan pandanganku darimu. Kau sangat menakjubkan, Michelle."

"Beritahu aku apa isi surat itu," bisik Michelle dengan bergetar karena tubuhnya seperti tersengat listrik, dan aliran darahnya mengalir cepat.

"Isinya... tak ada bulan madu untuk kita berdua, dan Ayah ingin kita melakukannya di tempat ini. Kau harus berisi secepatnya. Itu baru aturan pertama. Kau ingin aku terus meneruskannya?"

"Aku ingin mendengar seluruhnya."

Gerardo tersenyum nakal mendapati wajah Michelle memerah. "Baiklah. Aturan kedua, kau harus menghasilkan lima anak dan itu artinya kita berdua harus berusaha keras."

End Of MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang