"Mom, Arzan mau berangkat ya. Bye Mom." Arzan mencium pipi ibunya lalu berjalan ke arah motornya.
"Eh tunggu dulu, Jan. Ini Mom mau ngasih ke perempuan yang tiga hari kemarin dateng tuh. Siapa namanya?"
"Shella, Mom." jawab Arzan sambil tersenyum.
Jadi ini yang namanya sudah sukses sebelum berjuang? Shella udah disukai Momnya. Hehe
"Nah iya itu, mba Shella. Jangan lupa ya kasih ke orangnya. Jangan malah di makan sama kamu. Itung itung tanda terima kasih mom karena dia udah bantu mom beres beres rumah waktu itu." tutur Mom sambil memasukkan kotak bekal untuk Shella ke tasnya Arzan.
"Berarti udah bisa jadi calon mantu ya, Mom?" Arzan memberi kedipan ke Momnya.
"Jadi anak mom itu mah, bukan mantu. Ga mau anak baik pinter kaya Shella nikahnya sama kamu."
"Ih mom jahat ya sekarang. Bukan bestfriend lagi. Bekelnya mau Arzan makan aja."
"Eh canda, jangan marah gitu dong kesayangan mom. Sini sini diusap dulu kepalanya." Ucap Mom sambil mengusap puncak kepala Arzan.
Jadi bener ya anak laki laki tuh biasanya deket banget sama ibunya.
Gemes.
"Udah ah Arzan mau berangkat. Bye, Mom." Arzan melambaikan tangannya lalu berlalu dari rumah ke sekolah.
Indahnya keluarga ini.
Walaupun tanpa figur seorang ayah.
.....
"Aleta!" Baru aja masuk gerbang udah ada yang manggil.
"Maaf gua mau sarapan."
Grep
Keenan langsung memegang pergelangan tangan Aleta.
"Maaf mau nanya bentar, untuk kali ini jangan dulu pikirin tentang perasaan aku ke kamu." ucap Keenan sambil menunduk.
"Cepetan." suara Aleta mengecil.
"Kamu tau Shella kemana? Udah tiga hari dia ga masuk sekolah."
"Kenapa nanyain Shella?"
"Dia kan anggota OSIS, masalahnya Bazaar udah kurang dari sebulan. Gawat juga kalau dia kenapa-napa." ucap Keenan sambil menatap Aleta.
"Bisa lepas dulu tangannya?" Aleta menatap pergelangan tangannya yang digenggam Keenan.
"O-oh oke, maaf." Keenan segera melepas genggamannya.
"Pertama, gua gatau di mana Shella. Kedua, kalau lu ada tau sesuatu tentang Shella jangan coba coba bilang ke orang lain." Ucap Aleta.
"Oke. Aku aja gatau apapun tentang Shella. Jadi tenang aja."
"Satu lagi, gua minta maaf, ga bisa bales perasaan kamu. Maaf banget. Maaf
udah bikin kamu sama Daffin berantem." tutur Aleta sambil menunduk. Dia merasa bersalah sebenernya.
Ditolak tuh gaada yang enak.
"K-Kamu nolak?" Keenan menatap Aleta yang terdiam enggan menatap Keenan.
"Iya, maaf. Jujur gua merasa bersalah. Tapi gua ga mau munafik." Aleta membungkuk kecil lalu langsung berjalan ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Eyes [Completed]✅
Fiksi RemajaGimana sih rasanya jadi anak bungsu? Paling dimanja? Atau paling diteken? Apalagi berbeda. Tak sama. Dengan lainnya. Mungkin rasanya seperti anda menjadi bulan, menerangi orang tapi kesepian dalam beban. Bahasa semi baku.