Bab 9 : Cintakah Kau Padaku?

374 53 26
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Tepat hari ini Marie akan dikeluarkan dari dalam kerajaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat hari ini Marie akan dikeluarkan dari dalam kerajaan. Sejujurnya masih banyak pertanyaan di sana, mengapa Marie yang mereka kenal baik hati cukup mampu menghunuskan belati ke jantung sahabatnya sendiri. Tetapi pertanyaan itu tertelan rapat selamanya setelah Marie melangkah keluar dari kerajaan. Tidak secara terhormat. Nama gadis itu sudah mencoreng sebagai pembuat onar di dalam kerajaan.

Marie mendongak sedikit ke arah tempat yang selalu dia impikan menjadi rumah terakhirnya menutup mata. Tempat yang dia pikir akan selalu memeluknya, rumput hijaunya akan selalu jadi selimut, kemewahan itu akan jadi bantalnya, justru membunuhnya dari belakang. Kini tempat itu akan jadi tempat paling jauh yang bisa dia gapai.

Joohyun memandang dari atas bagaimana para prajurit melepaskan Marie keluar. Masih dia ingat percakapan mereka terakhir kali, sebelum akhirnya Marie diusir.

Penjara bawah tanah adalah tempat yang paling menyeramkan bagi Joohyun pijak seiring dia mengelilingi kerajaan ini. Dunia tak tersentuh tersebut menjadi tempat terakhir untuk sahabatnya. Marie berbaring meringis kecil merasakan pedihnya cambukan di punggungnya. Darah itu belum mengering kala Joohyun datangi, gaun itu juga masih sama dengan terakhir kali mereka bertemu.

Sahabatnya. Mengenaskan.

"Marie.."

Gadis itu membuka mata. Tersenyum persis sama seperti saat Joohyun pertama kali temui. Senyuman Ye Eun.

"Marie, kenapa kau lakukan ini?"

Tubuhnya bergerak untuk duduk, mendekati sel-sel kayu itu dan menyentuh tangan Joohyun.

"Anne, maafkan aku membuatmu merasakan sakit teramat. Aku sungguh bodoh melakukan itu."

"Tapi kenapa? Kau iri padaku atas apa, Marie?"

Gadis itu menunduk. "Aku mencintai Putra Mahkota."

Joohyun terhenyak. Dada kirinya kembali nyeri melihat bagaimana rupa sahabatnya kini.

"Aku mencintai Putra Mahkota sejak datang kemari. Tapi semua itu tidak mungkin."

"Seharusnya kau katakan padaku. Kau katakan jika kau ingin di dekatnya, kupikir kau sahabatku, Marie."

Gadis di hadapannya kini tak lagi mampu menangis, Marie sudah tak bisa lagi membuat matanya basah. Semalaman dia menangisi nasibnya dan persahabatannya, lantas semua sakit dari cambuk ini tak ada apa-apanya. Marie yang membuat tali itu tersambung atas nama pertemanan, namun justru dia putuskan dengan rasa dengki di sana. Cintanya yang besar membunuhnya perlahan.

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang