Bab 16 : Di Saat Aku Mencintaimu (2)

556 64 43
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Lima hari berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima hari berlalu. Selama itu dunia Marcus tak lebih dari terjebak dalam kegelapan. Joohyun tak kunjung membuka mata, gadis itu tetap bergeming di atas ranjangnya dengan hanya sesekali memberikan reaksi untuk apa yang dia dengar. Tabib keheranan akan kondisi Joohyun yang terbilang langka.

Tubuhnya dingin seperti mayat, namun denyut masih terasa, meski lemah, namun Joohyun cukup kuat untuk bertahan. Makan dan minum semua harus disuapkan dengan cair agar bisa dicerna si gadis. Setiap dua jam sekali para pelayan akan mengubah posisi tidurnya agar tidak mengalami luka berbaring.

Sepanjang hari bagi Marcus seperti musim dingin. Tanpa seluruh kekuatannya, dia berusaha bangkit. Meski jujur dia tak sanggup. Dia tak mampu melewati ini semua. Setiap malam sebelum tidur akan dia pandangi wajah Joohyun yang tenang, berbisik bahwa dia amat mencintai gadisnya, lalu memeluk erat tubuh yang semakin kurus.

Seperti malam ini, Marcus menyentuh lekuk wajah si gadis dengan ujung jari. Sesekali melirik rembulan di ranting angkasa, sungguh menawan, namun hampa. Rembulan itu kesepian, tanpa bintang yang menjadi teman, hanya sebuah langit yang gelap gulita.

Marcus bawa jemari itu menyentuh wajahnya, menyadarkan dia jika Joohyun pasti akan terbangun. Gadisnya akan membuka mata.

"Hari ini tugasku berat sekali, Ann. Banyak pendukung Xavier yang nampak tak mempercayaiku atas kesalahannya. Bahkan mereka terus saja mengusik ketenangan Eynsworth dengan celotehan mereka. Menurutmu apa yang akan aku lakukan?"

Diam.

Marcus mencoba tersenyum meski terluka. "Hari ini juga aku bertemu dengan calon menteri-menteri yang baru. Hari penobatan akan segera datang, kau akan terbangun saat itu, bukan? Kau akan melihatku mengenakan mahkota raja dan memberikan sambutan pada rakyat. Katakan ya, Sayang."

Joohyun tetap diam.

Marcus menghela. "Anne, aku tak ingin semua ini. Aku tak ingin menjadi raja jika kau tak ada di sana. Aku lebih baik mengembalikan semuanya pada Aiden dan bersamamu, aku tak bisa. Aku tak bisa membayangkan hari itu kau tetap tak membuka matamu."

Di tempat yang cerah, Joohyun mendongak, dia dengar bisikan lemah Marcus. Sejujurnya dia dengar seluruhnya. Namun tangan dan kakinya tak bisa bergerak. Bibirnya kelu, matanya basah oleh lelah. Di tempat ini dia terjebak. Tak bisa kembali pada dunianya atau dunia Marcus.

"Anda harus bisa, Yang Mulia. Biasakan tanpa diriku. Hiduplah dengan Putri."

Marcus tergugu tanpa suara. Mengeratkan genggamannya. "Apa kau tak ingin terbangun dan menjadi ratuku, Anne? Aku sudah ubah statusmu menjadi bangsawan dan menghapus namamu dalam daftar pelayan. Kau bisa menjadi milikku, kita bisa bersama. Aku tak mencintai Merisa."

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang