Epilog

795 59 86
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Suka cita disambut dengan sebuah keindahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suka cita disambut dengan sebuah keindahan. Pesona rasa haru membuncah membuat hari ini semakin terasa menyenangkan. Di mana-mana, bunga bertebar seakan turut memeriahkan suasana sepanjang hari. Berbagai ucapan terulur dari seluruh dunia. Menyambut raja baru mereka, seorang raja yang takkan menjadi kelemahan negeri ini. Justru akan memperkuatnya di masa depan.

Denting orkestra menemani dua pasang kaki yang berderap seirama alunan pianonya. Sesekali senyuman lembut akan saling berbalas ditambah pipi yang bersemu. Lirikan mata malu-malu seakan memperjelas posisi mereka saat ini. Jemari si lelaki jahil mengusap punggung bergaun si wanita. Membuat jarak mereka semakin sempit.

Matanya yang sayu akan jadi mata kesukaanya detik ini. Bibir ranum yang tersenyum akan selalu menjadi idamannya. Dan deru napas lembut ini, seakan mengajaknya untuk mengarungi debur cinta berdua.

"Kenapa memandangi saya?" tanya si wanita malu-malu meski tubuh mereka bergerak pelan.

"Bicaralah biasa saja, hanya kita berdua yang dengar."

Si wanita tak lantas membalas, membiarkan langkah mereka berputar mempesona. Banyak pasang mata tak menyangka raja dan ratu mereka akan begitu serasi. Dalam balutan pakaian putih bercorak keemasan, jubah biru tua dengan sebuah lambang negara di bahu si lelaki menambah poin penting kesempurnaan mereka. Tak ayal, banyak yang baru menganggumi si lelaki padahal hidupnya hampir menginjak 27 tahun.

"Semua mata memandang kemari."

"Karena mereka mendapatkan ratu yang sempurna."

Wajahnya kian bersemu. Padahal dia sudah tahu, suaminya itu pandai merayu, tetapi tetap saja rasa di dadanya berkata lain.

"Kenapa harus malu, Istriku?" hidung mereka bersentuhan, "senang rasanya bisa memanggilmu istri, Merisa."

Merisa, wanita yang kini telah menjadi milik Marcus secara sah tersebut tertawa menyambut ucapan suaminya. Pagi tadi mereka telah selesai melewati berbagai macam upacara pernikahan hingga penobatan sebagai raja dan ratu baru Eynsworth. Lalu kini pesta tengah dirayakan untuk menyambut syukur serta haru bersama.

Marcus merunduk kala melihat perubahan air muka istrinya. "Kenapa?"

"Ada banyak gadis menatap kemari. Apa mereka tak tahu kalau lelaki yang mereka pandangi sudah jadi milik orang lain?" sungut Merisa sebal.

Marcus tertawa. "Benarkah? Bukankah mereka menatap Perdana Menteri?"

Mata mereka bergulir pada salah satu sudut kerajaan dimana Aiden tengah tertawa bersama beberapa perwakilan kerajaan lain yang datang atas undangan Marcus. Sontak saja kedua manusia itu tertawa menyadari jika memang Aiden lah pusat perhatian malam ini. Merisa sedikit bersyukur.

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang