Bab 3 : Dunia Fiksi Tidak Semenyeramkan Itu

379 64 43
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Sesungguhnya Joohyun tak pernah membayangkan ada di posisi sulit seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesungguhnya Joohyun tak pernah membayangkan ada di posisi sulit seperti ini. Dia belum ada sebulan di Eynsworth, namun sudah dua kali terperosok dalam kubangan masalah.

Yang kali ini bukan main-main.

Joohyun duduk bersimpuh di hadapan dua orang penting yang memimpin Eynsworth. Raja Louis dan Ratu Xavier duduk bersanding di kursi kebesarannya, menatap bengis Joohyun yang merasa hidupnya tidak akan lama lagi setelah ini.

Dia bisa merasakan itu.

Semua tatapan nampak memakinya usai kejadian yang sangat mengharukan terjadi. Joohyun berhasil mengembalikan denyut jantung Marcus dan tepat setelahnya Henry datang membawa pergi tubuh lemas lelaki itu ke kamar. Yang kini tengah ditangani tabib kerajaan.

Namun berita yang tersebar adalah Joohyun hendak mencelakai Putra Mahkota, tentu saja itu membuat para menteri dan juga Raja Louis geram bukan main. Joohyun ingin menjerit bilang bahwa dia tidak bersalah, dan semua hanya salah paham, tapi tidak ada yang bisa menolongnya.

Bahkan Madam Rivera yang kini berdiri di sudut itu hanya mampu menatapnya dengan sebuah pandangan tak terbaca. Joohyun tak mengerti arti pandangan itu. Dan di sisi lain, wajah sedih Marie membuat hati Joohyun makin gelisah.

Apakah dia selesai di sini?

Mau apapun yang terjadi, Joohyu tetap tak bisa keluar dengan mudah dari Eynsworth. Dia sudah menyentuh Marcus, masuk ke dalam air, mencoba membuat terkejut tapi semuanya gagal. Dia tidak juga kembali ke dunia nyata.

Dunia fiksi begitu kejam.

Dia rindu Ibunya. Meski setiap bertemu hanya diisi dengan pertengkaran, tapi kalau tahu akhirnya dia akan begini, Joohyun ingin berbuat baik sekali lagi. Dia menyesal.

"Yang Mulia! Anda harus segera menghukum wanita ini!" teriak salah seorang dari kelompok politik. Mereka berdiri di sebelah kiri raja.

Raja Louis masih diam seribu bahasa, memperhatikan gelengan kepala Joohyun yang terlihat sendu.

"Anda harus bijak, Yang Mulia. Kita tidak tahu apakah wanita ini berniat buruk atau tidak." kali ini suara dari kelompok agama yang berpakaian jubah putih dengan sedikit motif matahari berwarna merah.

"Apa maksudmu? Tentu saja niatnya buruk. Dia mencelakai Putra Mahkota!"

"Bagaimana jika sebenarnya dia berniat menolong? Hingga kini tabib kerajaan belum mengkonfirmasi apapun tentang kejadian ini. Kita masih harus menunggu, Yang Mulia."

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang