Bab 5 : Katanya Cinta Membangkitkan Sesuatu

387 61 35
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Gaunnya bergesek dengan lantai yang indah, perhiasan berkilauan memantul dari bagian porselen yang cantik karena terus dipoles

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaunnya bergesek dengan lantai yang indah, perhiasan berkilauan memantul dari bagian porselen yang cantik karena terus dipoles. Mahkotanya tinggi disanggul oleh rambutnya yang cokelat terang sekali, hari ini sebuah gaun berwarna biru gelap berenda dibagian lutut ditambah sebuah pernik pita yang berwarna senada berbentuk cukup besar.

Cara jalannya halus hingga tak terdengar suara sama sekali, di belakangnya berderet para pelayan mengikuti, hari masih cukup pagi untuk sebuah pertemuan penting, namun bukan dia namanya jika tidak mengejutkan.

Pilihan kakinya berhenti di depan sebuah pintu putih yang besarnya hampir lima meter dari atas kepala. Sejenak dia mengambil napas dan melirik sang pelayan.

"Yang Mulia Ratu tiba!"

Pintu itu terbuka luas, ada dua orang di dalam sana. Yang satu berpakaian bak bangsawan dengan celana ketat dan sebuah jas abu-abu muda, sedang yang satu lagi seseorang berpakain biru telur asin yang cukup tua dari sang ratu.

Xavier duduk di kursi yang disediakan, gayanya angkuh, seperti biasa. Memandang kedua bawahannya itu dengan mata tajamnya.

"Selamat datang, Yang Mulia,"

"Sir Russel."

Pria yang selalu mengenakan sebuah hiasan di dada kirinya mirip bros besar berbentuk bunga yang disangkutkan paa jasnya. "Ya, Yang Mulia?"

"Bagaimana dengan pembentukan markas yang kusebutkan?"

"Berjalan baik, Yang Mulia. Beberapa pekerja bekerja sangat cepat."

Xavier tersenyum kecil di sudut kiri.

"Tapi, Yang Mulia."

"Tapi apa?"

Russel nampak menahan sesuatu dari dalam dirinya, gusar. "Kegiatan kami hampir diketahui oleh Putra Mahkota."

"Putra Mahkota?" alis Xavier naik.

"Hari itu Putra Mahkota meminta Yang Mulia Raja agar membatalkan perayaan musim semi karena mulai mengetahui jika kerajaan tidak lagi memberikan dana untuk pengungsian."

"Anak itu, sudah tahu soal-"

"Belum, Yang Mulia. Saya yakin hari itu dia hanya menggertak saya saja. Tapi saya jamin, dia belum tahu mengenai markas tersebut."

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang