Bab 4 : Jangan Percaya Cupid Bodoh

367 66 34
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Keesokan harinya Joohyun bekerja seperti biasa, bangun pagi dan mengabdikan dirinya pada Marcus yang sejak subuh katanya sudah ada di ruang kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Joohyun bekerja seperti biasa, bangun pagi dan mengabdikan dirinya pada Marcus yang sejak subuh katanya sudah ada di ruang kerja. Ruang kerja Marcus sungguh menawan dan bertema sangat klasik.

Meja besar yang menghadap pintu, membelakangi jendela bertirai warna olive, dengan tumpukan berkas serta perpustakaan yang berada di sisi kanan jendela menjulang ke atas. Sofa panjang yang berbahan kapas itu nampak gagah dengan kesan putih polos yang serasa cocok dengan lantainya yang merah hati.

Marcus pecinta seni. Di ruangan serta kamarnya terpajang lukisan besar cupid berpanah asmara dengan kain-kain putihnya nampak tengah menembakan panah pada seorang gadis yang digambarkan begitu menawan. Dan seorang pria bertelanjang dada dengan rambut pirangnya. Sekilas itu memang terlihat seperti lukisan jatuh hati, tapi kalau Joohyun lihat di ruang kerja Marcus, nampak seperti ejekan.

Karena cupid dan panah asmaranya tidak akan pernah sampai menembus jantung lelaki ini. Joohyun mencibir dalam hati.

Marcus sendiri punya selera gaya busana yang norak untuk Joohyun. Warna yang dia pakai tidak mencerminkan seorang putra mahkota. Kadang kala hijau lumut yang sungguh aneh, ataukah warna oranye pudar yang kepudarannya membuat Joohyun berpikir jika itu luntur ke baju lain.

Joohyun gemas sendiri mau merias lelaki ini. Disertai ketukan pelan, Joohyun buka pintu besar yang menampakan wajah serius Marcus dengan kacamata. Ah, dia minus rupanya.

Cukup menarik, tapi tidak sampai membuat Joohyun tertarik.

"Yang Mulia?"

Marcus melirik sekilas. "Apa?"

Joohyun berjalan mendekat dengan kedua tangannya berada di belakang punggung. "Anda sedang sibuk ya?"

"Kau lihatnya aku sedang apa?"

Si gadis mencibir, ditanya baik-baik jawabnya judes.

"Begini, kemarin saya tidak sempat memberikan ini pada Yang Mulia."

Tangan Marcus yang sedang menulis mendadak berhenti, dadanya bergemuruh menanti apa yang akan Anne berikan padanya.

Si gadis menunjukan kedua tangan yang sejak tadi berada di belakang punggung. "Jjang!"

Marcus mengerutkan keningnyanl tanpa sadar. "Apa itu?"

Joohyun menjelaskan dengan nada riang. "Ini permen! Bentuknya memang mirip bunga, tapi ini bisa dimakan."

"Kau beli permen untukku?"

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang