Bagian Dua Puluh Tujuh

2.4K 208 2
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!

___________________________________________

HAPPY READING ALL

Suasana yang hening di rasakan dua pria yang sedang bersantai. Dirgo duduk di bawah pohon dengan memejamkan matanya. Merasakan sensasi yang menjadi kebiasaannya. Frex duduk di atas dahan pohon sambil mencoba element apinya yang muncul dari ujung jari.

"Apa kau merasakan bahwa gadis itu mulai penasaran dengan dirimu?" Frex memandang Dirgo yang masih setia memejamkan mata.

"Hmm,"

"Jika dia tau, bagaimana?" Tak ada sautan dari sang empu yang ditanya. Namun tak lama, Dirgo membalasnya.

"Ada saatnya dia tahu,"

"Apakah kau masih ingin menghancurkan mereka?"

"Kau tahu itu,"

"Bukankah itu bukan keinginan mu?"

"Saat ini, aku berperan sebagai dia dan dia berperan sebagai aku. Tak ada jalan lain bukan?" Dirgo menatap danau di depannya.

"Paman bilang, besok Liorenco Academy akan mendapatkan undangan pertemuan, apa itu benar?" tanya Frex.

Dirgo mengagguk membenarkan perkataan Frex.
"Aku malas mengikutinya,"

"Bukannya itu bagus?"

"Bertemu dengan para penjilat tidaklah hal yang menarik,"

"Maksudmu tua bangka yang pernah mendekati keluargamu demi kekuasaan?"

"Benar, rasanya aku ingin membunuhnya bila mana dia bukan salah satu pion kekaisaran,"

"Hahahaha, dia bahkan pernah menunjuk putrinya untuk bersanding denganmu,"

"Dan aku hampir menebas lehernya,"

"Kau benar, hahaha, mengingat raut wajah ketakutannya itu membuatku menahan tertawa,"

"Apa waktunya akan tiba?"

"Apa maksudmu?"

"Sila akan mengetahui diriku yang sebenarnya, apakah dia akan sanggup melawanku?"

"Bukannya kau sudah bertemu dengannya dan mengetahui peningkatan yang dia alami? Menurutku dia lebih cepat berkembang dari yang ku perkirakan, bukannya kau yang membantunya,"

"Kau tahu?"

"Aku tahu segalanya, kau yang sengaja meletakkan buku itu di kamarnya bukan." Dirgo diam, memang benar dia yang meletakkan buku itu untuk membantu Cassil.

"Hah, sepertinya kau mulai tertarik dengannya." Perkataan Frex dijawab cepat oleh Dirgo.

"Tidak!" Menaikkan suaranya.

"Hahaha," tawa Frex yang sukses mengerjai Dirgo.

"Kau tahu itu Dirgo, dan kau menyadarinya. Jika kau tertarik dengannya, maka itu akan menyulitkan mu,"

"Aku tahu, jadi tutup mulutmu sebelum ku robek," ujar Dirgo dengan suara dingin.

"Mengerikan," gumam Frex.

"Apa?!"

"Itu apa ya? Tadi ada burung lewat," ucap Frex sedikit merinding.

*****

"Wow Cassil, itu sangat indah," ucap Lorez memandang Cassil yang sekarang melayang di udara. Bahkan Beth tidak bisa menutup mulutnya. Cassil melayang dengan sayap di punggungnya.

Zay terpana dengan Cassil yang seakan mengeluarkan cahaya dari tubuhnya. Cassil turun dengan senyuman samar. Cassil bahagia melihat dia berhasil mengejutkan teman-temannya.

"Kapan kau memiliki itu?" tanya Qarin.

"Saat aku diculik,"

"Apa kau baik-baik saja?" Kini Zay yang bertanya.

"Yah, aku baik,"

"Menakjubkan, pertama kalinya aku melihat penyihir dengan sayap bukan sapu terbang yang sudah di lapisi sihir." Sam mengeluarkan unek-uneknya.

"Aku juga terkejut, tapi sayap ini membantuku melarikan diri," ujar Cassil.

"Baiklah, itu yang ingin aku perlihatkan kepada kalian, aku harap tak ada yang membocorkan ini kepada siapapun. Hari semakin malam, kalian kembalilah ke asrama masing-masing,"

"Baiklah Cassil, jaga dirimu, bukannya besok kau akan satu asrama dengan kami?" Cassil mengagguk, seusai berbicara dengan Mr Lucky, Cassil memang meminta untuk dirinya satu asrama dengan Lorez dan Qarin.

"Malam ini aku akan tidur di kamar asrama ku sendiri, mulai besok aku akan satu kamar dengan kalian, jadi kembali lah," semua mengagguk paham dan menuruti perintah Cassil, namun Zay tetap tinggal di sana.

"Tunggu!" ucap Zay menghentikan langkah Cassil yang ingin menjauh.

"Ada apa?" tanya Cassil.

"Bisakah aku bicara?"

"Tentu?" Jawab Cassil.

"Ikut aku," ajak Zay.

Cassil dan Zay duduk di hamparan rumput malam. Memandang langit yang dipenuhi benda-benda kecil dengan cahaya yang begermelap. 

Zay membuka pembicaraan dengan Cassil.
"Apa kabar?"

"Baik,"

"Sudah lama kita tidak berbicara berdua seperti ini," ujar Zay.

"Benar, terakhir kali waktu kau berkunjung ke Delolin Academy."

"Benar,"

"Ada apa kau mengajakku ke sini Zay?"

"Hanya ingin,"

"Ha?"

"Tidak, hanya saja aku ingin bersama mu,"

Cassil sepertinya sedikit paham dengan suasana ini, apa Zay tertarik padanya? Kalau itu benar, apa yang harus ia lakukan. Bahkan dia tidak paham akan dirinya sendiri.

"Sepertinya hari mulai malam, sebagiannya kita kembali ke asrama Zay,"

"Besok ..."

"Besok?"

"Besok, apakah kau mau menemaniku ke suatu tempat?"

Cassil sedikit berfikir, "aku tak bisa berjanji," ucap Cassil, Zay mengagguk paham.

"Jika memungkinkan, datanglah ke taman Academy." Cassil mengagguk lalu pamit menuju asramanya.

















Aku update dong guys, mengawali season dua nih wkwk. Jadi di sini tuh aku pengen suasana yang baru gitu. Hihihi.

jangan lupa vote dan komen ya semuanya 😘😘

See you next part yehet.

Mau next kapan nih?

Cus geser ke part selanjutnya.

LIORENCO ACADEMY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang