Bagian Lima

4.6K 371 1
                                    

Pertandingan sudah dimulai sejak tiga setengah jam yang lalu, kini giliran nomer urut Lorez yang akan bertanding.

"Perhatian, untuk nomer urut 56 segera memasuki arena," saut Wasit.

"Sil, Rin aku duluan ... bye," semangat Lorez.
"Semoga berhasil," ujar Qarin

Lorez sudah berada di tengah arena, seorang pria seumuran dengan mereka memasuki arena, salah satu murid dari Liorenco Academy. Mereka berdua saling adu pandang.

"Baiklah, peserta silahkan memperkenalkan diri masing-masing," interupsi wasit.

Lorez mendahuluinya.
"Namaku Lorez Niana." Disusul murid dari Liorenco Academy.
"Namaku Beth style, senang berkenalan denganmu nona manis," serunya.
Lorez hanya tersenyum sinis menanggapinya.

Baiklah pertandingan dimulai

Ting Ting Ting

Bunyi triangel yang dipukul.

Lorez mendahului untuk memulai pertarungan, ia mengeluarkan element apinya, mundur tiga langkah untuk ancang-ancang, kemudian berlari ke arah Beth berada. Ia mengubah elementnya menjadi tombak api , Beth menangkisnya dengan kekuatan airnya. Ia membuat perisai air dan terdorong mundur. Namun lengan kirinya sukses mengeluarkan darah.

"Hanya itu kemampuanmu nona?" tanya Beth mengejek.
"Jangan meremehkan ku," marah Lorez.

Kini giliran Beth yang menyerang, ia mengubah element airnya menjadi sebuah anak panah dan mengarahkannya ke Lorez. "Hanya satu?" remeh Lorez namun sedetik kemudian anak panah tersebut berubah menjadi lebih dari satu. Lorez yang menyadari langsung membuat perisai api namun salah satu anak panah sukses mengenai pipi kanan nya.

Di sisi lain.

"Sil, menurutmu siapa yang akan menang?" tanya Qarin.

"Tak ada."

"Maksudnya, Bagaimana bisa?"

"Mereka imbang, pertandingan akan seri, setelah ini Lorez mungkin akan mengeluarkan tombak birunya."

"Dan bagaimana dengan murid yang bernama Beth itu?"

"Dia akan melakukan hal yang sama, dia akan mengeluarkan senjatanya yang lain setelah mundur lima langkah untuk mengulur waktu," jawab Cassil.

"Ouh! jadi tidak cantik lagi kau nona," tertawa Beth.

Lorez marah ia mengeluarkan tombak apinya yang berwarna biru dan mengarahkannya ke Beth. Beth pun mundur lima langkah untuk menahan waktu yang ada, dan mengumpulkan tenaga untuk mengeluarkan senjata pamungkas nya yaitu bom air .

Dan dummm .....

Senjata mereka bertubrukan, mereka berdua terpental menabrak dinding pembatas. Dengan luka di sekujur tubuh. Beth kehilangan kesadaran dan tak lama kemudian sama halnya dengan Lorez.

Pria yang duduk di sebelah Cassil sedari tadi mendengarkan apa yang dikatakan Cassil, ia terkejut bahwa wanita di sampingnya ini bisa membaca gerakan seseorang.

"Sudah ku bilang 'kan, kalau seperti ini bagaimana, aku tak menyangka efeknya sampai bisa melukai," cemas Cassil sambil berdiri kemudian ia berlari ke tengah arena menghampiri Lorez diikuti Qarin di belakangnya.

"Tolong petugas bawa dia ke ruangan pemulihan, cepat!" suruh Cassil dengan marah, setelah berada di ruang pemulihan Cassil pun menempelkan tangannya pada luka-luka di sekujur tubuh Lorez, keluarlah cahaya putih dan seketika luka yang ada di tubuh Lorez hilang. Cassil yang menyadari Lorez butuh istirahat ia pun beranjak untuk kembali dan menyerahkan tanggungjawab Lorez ke petugas penyembuhan. Cassil berjalan lesu kembali ke tempat duduknya.

Qarin tau Cassil sangat cemas akan keselamatan mereka berdua lebih dari cemas akan keselamatan sendiri. Ia bahkan rela menggantikan posisi mereka saat dalam keadaan bahaya kalau itu memungkinkan. Ia sangat menyayangi mereka berdua seperti saudaranya sendiri.

"Sil .."panggil lirih Qarin
"Aku tak apa, sebentar lagi waktumu untuk bertanding. Ingatlah kau harus berjanji tidak akan terluka," ujar dingin Cassil

"Baik, pertandingan ditunda 10 menit untuk membersihkan arena jadi kau bisa memberiku instruksi sedikit 'kan," ujar Qarin yang dibalas hembusan napas kasar Cassil.

"Kau harus fokus pada satu titik, cari titik lemah musuh. Lalu buat strategi agar seranganmu berhasil, jangan mudah terpancing dengan kata-kata musuh, itu strategi musuh untuk mengecoh fokusmu kau mengerti?" jelas Cassil

"Baik, terima kasih. Aku tak akan mengulangi apa yang dilakukan oleh Lorez."

"Aku percaya."

Laki-laki yang duduk di sebelah Cassil pun tersenyum samar, ia merasa Cassil adalah wanita yang cukup cerdas mengetahui strategi arena dari Liorenco Academy. Laki-laki itu yakin teman-temannya itu akan kalah dengan wanita-wanita ini.

"Baiklah karena sudah waktunya untuk melanjutkan pertandingan, kini giliran nomer urut 57 segera memasuki arena," saut Wasit.

"Sil, aku pergi dulu," Diangguki Cassil.
"Ingat apa yang ku katakan."
"Siap."









• TBC

NEXT PART CUS

LIORENCO ACADEMY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang