"Sekarang aku ingin berbicara pada kalian. Kunci sebentar, boleh?" Tanya Siren.
Tak ada jawaban mereka masih tak bisa mengatakan apa apa setelah perkataan Siren. Karena tak ada jawaban ia segera mengunci pintunya.
"Begini, jangan takut. Aku juga sama seperti kalian, aku ini pemilik kekuatan sihir juga." Ujar Siren mendekat.
"Tapi kami ini bukan—"
"Jangan bohong. Aku tau." Siren memotong perkataan Ni-ki. Sebenarnya saat ia mengatakan perkataan sebelumnya Siren juga sudah tau kalau mereka memang benar pemilik kekuatan sihir melihat kegugupan yang nampak di wajah mereka.
"Kejadian beberapa waktu lalu. Saat hutan hangus yang dikabarkan bahwa itu disebabkan oleh bom, aku tau kalian tau yang sebenarnya kan?"
Mereka meneguk salivanya, apa yang dikatakan Siren benar. Karena sesungguhnya ketika sihir sebesar itu terkumpul dalam satu tempat para pemilik kekuatan sihir akan merasakannya.
"Itu disebabkan oleh monster." Lanjutnya,
"Ga mungkin. Monster itu udah ga ada." Tepis Heeseung.
"Ada."
"Jangan bercanda." Ujar Sunghoon sedikit dingin, karena menurutnya ini sama sekali tidak lucu.
"Bagaimana jika seandainya ada yang menciptakan monster itu sendiri?" Apa yang dilontarkan oleh Siren membuat ketiganya terkejut bukan main.
"Pemerintah. Para penguasa. Mereka melakukan praktik illegal, kalian tentu tau tentang kabar penculikan anak kecil yang sangat tinggi di negara ini. Mereka yang menyebabkan ini semua." Lanjutnya.
Jika melibatkan pemerintah, mereka benar benar sangat tegang. Karena memang nyawa mereka akan terancam.
"Jika dugaanku benar, mereka menggunakan anak kecil tersebut untuk menciptakan semacam makhluk yang akan selalu menuruti perintah mereka dan itu melibatkan para pemilik sihir, mungkin mereka mengincar kita agar kita tak menghancurkan rencana mereka."
Ni-ki mengepalkan tangannya, "lantas apa? Noona sudah tau bahwa kita diincar pemerintah."
"Aku ingin agar kita menghancurkan percobaan illegal mereka karena itu aku butuh orang orang dipihakku untuk menciptakan hal itu."
"Itu namanya bunuh diri." Balas Sunghoon.
"Tapi jika tidak dilakukan akan ada banyak korban."
Mereka hanya diam. Tak ada percakapan selama beberapa menit. Sampai Siren membuka mulutnya lagi, "bergabunglah denganku. Kita harus menghentikan mereka."
"Aku tak ingin mati." Ujar Ni-ki yang membuat kedua lainnya menoleh, mereka juga menundukkan kepalanya. Sangat berisiko untuk ikut dalam rencana yang diucapkan Siren.
"Kita memiliki tanggung jawab sebagai pemilik sihir." Lanjut Siren.
"Aku tau! Tapi.. aku memiliki mimpi sebagai idol, aku sudah bersusah payah mencapai titik ini. Aku melepaskan skating yang sudah aku pelajari selama hampir sepuluh tahun hanya demi menjadi idol." Sunghoon mengepalkan tangannya, tak mungkin mimpinya berhenti hanya untuk.. menyelamatkan dunia?
"Kami bertiga memiliki mimpi sebagai idol, sekarang kami berada disini. Sebagai idol. Kami tak bisa membuangnya begitu saja."
"Aku akan bicarakan itu pada CEO kalian. Kalian tak harus meninggalkan pekerjaan kalian sebagai idol." Balas Siren.
Heeseung yang sedari tadi hanya bisa diam kini mulai angkat bicara, "tapi kami punya keluarga. Kami tak ingin melibatkan mereka, jika seandainya kami ikut, aku hanya takut pemerintah melakukan hal yang tak diinginkan—"
"Ketiga temanku juga mati dalam misi!" Seru Siren tiba tiba. Ia mengepalkan tangannya, alasan mereka sama seperti Ashley. Saat menyangkut keluarga ia benar benar sangat kesal karena sejujurnya ia tak pernah merasakan keluarga kandung seperti mereka. Yang ia punya hanya tim nya yang dulu dan sekarang mereka pergi, ia ingin balas dendam dan menghancurkan mereka agar tak ada yang senasib lagi sepertinya tapi, tak ada satu orang pun yang mau mengulurkan tangan padanya.
"Aku mohon. Jika bukan kita siapa lagi." Ia menatap sendu ketiga pria di depannya. Harapannya hanyalah mereka, menurut Ashley yang tersisa hanyalah mereka bertiga, Siren sendiri dan Ashley. Untuk melawan pemerintah jika dia hanya sendiri dirasa tak mungkin.
Tak ada jawaban, mereka hanya menundukkan kepalanya. Siren sudah kehilangan harapannya, memang seharusnya ia tak berharap lebih.
Siren mengulum senyumnya, mulai saat ini dia akan sendirian. "Aku tak bisa memaksa, terimakasih dan maaf. Jagalah identitas kalian selalu." Ia berbalik membuka kunci pintunya dan berjalan keluar.
Saat keluar ia bertemu member Enhypen yang lain. Ia hanya tersenyum sejenak seraya pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan cepat.
Jake menatap kepergiannya dengan bingung. Apa yang dilakukan Siren dengan Sunghoon, Heeseung dan Ni-ki di dalam sampai mengunci pintu?
Jay tanpa aba aba segera masuk ke dalam.
"Kalian ngapain sama Siren?" Tanya Jaks.
"Kalian ga ngapa ngapain kan?" Giliran Jay karena sekarang ia sedang memikirkan hal yang tidak tidak.
"Ck, apaan sih." Balas Sunghoon yang langsung mengambil tas nya.
Ia melirik ke arah Heeseung dan Ni-ki. Saat ini kurang lebih ia mengetahui bagaimana perasaan mereka berdua.
"Seriusan ga ngapa ngapain kan?" Tanya Jay lagi memastikan.
"Ini anak kenapa si?" Sunghoon mulai kesal karena Jay selalu saja berpikiran yang aneh aneh.
Jungwon yang merasa bahwa tak seharusnya Jay bertanya seperti itu segera menyenggol lengannya.
"Kenapa? Sekalian mencairkan suasana. Tegang banget abisnya." Jelas Jay dengan kekehannya.
"Jangan dicairin ntar basah, males di pel." Celetuk Sunoo.
Meski sedikit bercanda tetapi ketiga diantara mereka benar benar memiliki atmosfer yang cukup tegang bahkan sampai di dorm. Situasi seperti ini sangat canggung, jadi yang lain juga enggan memulai obrolan.
"Kalian kenapa si?" Tanya Sunoo yang masih bingung dengan mereka bertiga.
"Gapapa. Ni-ki langsung mau ke kamar aja." Jawab Ni-ki yang langsung pergi ke kamarnya diikuti Sunghoon dan Heeseung.
•••
Siren menatap langit dengan cukup sendu. "Harusnya emang sendirian aja. Tau gini, ga perlu susah susah masuk ke BeLift."
"Maaf kak Tia, aku benar benar tak bisa melakukan apapun dengan baik. Sesungguhnya, aku denganmu sangat berbeda. Maaf." Tanpa sadar air matanya kini mengalir dari pelupuk matanya.
Sekarang ia akan benar benar sendirian, entah apa yang akan terjadi di depannya, mau nyawanya akan direnggut di tengah jalan pun akan ia hadapi. Apapun yang terjadi setidaknya ia harus membalaskan dendamnya dengan cara menghancurkan mereka.
|TBC