"Selamat datang Tia."
Siren tak menggubris itu lalu ia duduk di depan Taehyung. Pria di depannya itu hanya tersenyum sendu, sepertinya ia mengetahui keadaannya. Karena sebenarnya orang yang sudah tiada tak akan pernah bangkit lagi.
"Maaf oppa, aku bukan Tia." Siren menutup mata tak kuasa melihat pria di depannya ini.
"Iya benar. Tia tak akan pernah kembali lagi." Kini sebuah senyuman terukir di wajahnya lagi, senyuman penuh dengan kesedihan dan kerinduan yang mendalam.
"Oppa," panggil Siren. Yang dipanggil hanya bisa menatap mata Siren sekilas kemudian menatap ke arah lain.
"Aku bukan kak Tia. Aku hanyalah orang yang mewarisi ingatannya, jiwaku dan jiwanya berbeda. Jiwa kak Tia sudah tak ada tapi ingatannya masih ada di dalam diriku." Jelas Siren, Taehyung mengangguk.
Pasalnya dari awal Taehyung saat bertemu dengannya sudah tau bahwa mereka berdua adalah dua orang yang berbeda tapi memiliki aura yang sedikit mirip. Taehyung awalnya berpikir bahwa Siren adalah reinkarnasi dari Tia tapi, itu tidak mungkin. Jiwa dan tubuh Tia kala itu telah meledak bersama dengan tertutupnya pintu dimensi monster. Seharusnya Taehyung merasa sedikit beruntung karena ada orang yang mewarisi ingatan kekasihnya itu namun sayangnya Tia hanyalah satu dan tak akan pernah tergantikan.
Yang diwariskan hanyalah ingatan, bukan perasaan, jiwa ataupun yang lainnya.
Siren menyadari perasaan Tia pada Taehyung karena mereka dulu adalah seorang kekasih yang terikat tapi sayang, Tia harus mati. Sebab itulah yang membuat Siren tak mau bertemu dengan Taehyung karena kenangan Tia dengan Taehyung akan terputar kembali di kepalanya dan itu menyakitinya, ia merasakan perasaan bersalah atas itu.
"Oppa, maaf."
"Bukan salahmu, yang salah hanyalah ekspetasiku."
Hening, tak ada obrolan lagi. Tapi tiba tiba Siren teringat sesuatu.
"Oppa, di dalam ingatan kak Tia,'"
"Sebelum ia menghilang ia mengingat dirimu dalam ingatannya,"
Taehyung mengangkat kepalanya dan menatap Siren yang kini tersenyum ke arahnya.
"Oppa mau tau apa yang dikatakan kak Tia saat itu?"
"Apa?"
"Dia mengatakan—"
"Aku akan selalu mencintaimu bahkan ketika ajal menjemputku."
Siren berurai mata mengingat itu, begitupula Taehyung. Sangat menyakitkan setiap kali mengingat kematian kekasihnya itu, ia pikir ia akan dilupakan tapi ternyata Tia tak pernah seperti itu.
Tangannya mengepal, cincin pertunangan yang selalu ia simpan kini ia genggam kuat.
"Terimakasih. Terimakasih telah menemui ku dan terimakasih telah mengatakan sesuatu yang selama ini ingin aku dengar dari Tia." Taehyung tersenyum, berusaha tersenyum di tengah tengah tangisannya.
"Maaf karena selalu menghindari oppa."
"Tak apa. Pasti sulit ya memiliki ingatan orang lain?"
"Tidak oppa. Aku bersyukur setidaknya dengan begini aku mengetahui apa yang selama ini kak Tia rasakan."
"Sekali lagi aku berterimakasih, aku memiliki utang yang sangat banyak padamu."
“Terimakasih Tia, aku juga, aku juga selalu mencintaimu bahkan jika ajal menjemputku nantinya.”
•••
Blar!
Api menyebar membakar tubuh mereka, itu adalah efek tebasan yang diberikan oleh Heeseung. Mereka yang terkena serangan Heeseung berusaha untuk memadamkan apinya tapi hasilnya nihil, api itu hanya bisa padam jika diperintahkan oleh Heeseung saja.
Di dalam hati Heeseung, ia meminta maaf pada mereka karena telah membunuh mereka.
Sedangkan di sisi lain Sunghoon berhasil membuat orang orang dan mobil mereka membeku.
Sunghoon menghilangkan kembali pedangnya begitupula Heeseung karena memang mereka telah membunuh semuanya.
Melihat sudah berakhir kelima temannya segera menghampiri.
"Kalian tak apa?" Jake bertanya cemas, khawatir jika mereka terluka. Tapi Sunghoon menggeleng seraya tersenyum padanya, "tak apa."
Ni-ki tersenyum tapi tiba tiba ia melihat seseorang yang berdiri tak jauh dari sana sembari memegang kamera hp. Ia terkejut lalu segera melempar sepatu ke arahnya.
Yang lain terkejut karena Ni-ki tiba tiba lempar sepatu habis itu langsung lari.
"Jangan kemana mana!" Seru Ni-ki lagi sembari melempar sepatunya lagi dan tepat mengenai kepalanya.
Orang tersebut kelabakan melihat Ni-ki yang berlari cepat ke arahnya. Ia ingin berlari menjauh tapi Ni-ki sudah menangkapnya dan segera memukul tengkuknya agar pingsan.
"Ni-ki ada apa?" Seru Jungwon yang langsung menghampiri adik laki lakinya itu.
"Ini, sepertinya dia merekam kita tadi." Jelas Ni-ki yang langsung merebut handphonenya dari tangannya.
Saat dibuka benar saja, terdapat video yang memperlihatkan mereka sedang mengeluarkan sihirnya.
"Sepertinya ini orang suruhan mereka juga." Jay mendekat dan memeriksa wajah orang tersebut.
"Untung saja ketauan, jika tidak kita bisa diincar lagi karena sudah ada bukti fisik." Sunghoon melirik ke arah video tersebut yang kini sudah dihapus oleh Ni-ki.
"Hapus aja semua file di dalamnya nik," saran Sunoo.
"Eh tunggu sebentar, siapa tau di dalamnya ada suatu petunjuk yang penting." Cegah Jake, apa yang dikatakan Jake benar jadi Ni-ki mencoba mencari informasi di handphone itu dengan membuka galerinya.
Tapi Ni-ki malah berteriak dan hampir saja menjatuhkan handphonenya.
"Kenapa Ni-ki?" Tanya Heeseung panik.
Ni-ki segera memberikan handphone tersebut kepada Heeseung. Heeseung langsung menerima itu dan melihat isi galerinya lalu sedetik kemudian wajahnya sangat memerah.
"Loh kenapa Hyung?" Tanya Sunghoon penasaran, ia juga ikut melirik dan malah wajahnya ikut memerah.
"Ini pada kenapa?" Tanya Jungwon penasaran lalu berniat mendekat
tapi—"Jangaaan!" Seru Sunghoon, Heeseung dan Ni-ki bersamaan.
"Lah kenapa?"
"Anak kecil ga boleh liat." Ujar Ni-ki.
"Lah Ni-ki, gue lebih tua dari lu." Sungut Jungwon.
Sunghoon dan Heeseung juga telah mengamankan galerinya,
Pasalnya di galeri tersebut banyak sekali video yang.. ah sudahlah.
Sementara di sisi lain di waktu yang sama terdapat seseorang dengan topeng setengah wajahnya memperhatikan sesuatu.
"Mereka pasti kalah." Gumamnya,
"Selagi mereka belum menemukan fasilitas selanjutnya aku masih punya waktu." Dia menghela nafasnya sampai handphonenya menampilkan notifikasi dari atasannya.
XXXX:
Kita lanjut ke rencana selanjutnya.|TBC