🦊 OUR HEARTBEAT

458 89 16
                                    

OUR HEARTBEAT
"Just till my heart stop to beating, I'll hold this hands tightly."

GENRE : Friendship, romance, sad storyCAST : Valda, YeonjunLENGTH : 2586 wordsINSPIRATION : Softnya visual Yeonjun di video TXT WLTS content (in banner pict)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GENRE : Friendship, romance, sad story
CAST : Valda, Yeonjun
LENGTH : 2586 words
INSPIRATION : Softnya visual Yeonjun di video TXT WLTS content (in banner pict)

🦊🦊🦊

Hai, namaku Kim Valda. Aku punya sahabat sedari kecil bernama Yeonjun. Sederhana, itu hanya karena rumah kami yang bersebelahan. Orang tua kami pun cukup akrab hingga menyekolahkan kami di sekolah yang sama. Aku dan Yeonjun juga tidak keberatan, kami menurutinya tanpa pernah melayangkan protes.

Malahan, bagiku bersama Yeonjun sudah seperti kewajiban. Aku jadi tak bisa berpisah jauh dengannya. Seperti ketergantungan.

Bahkan, hingga kini. Saat kami sudah akan naik ke tingkat akhir SMA.

Kami tetap berdua ke mana pun selayaknya ada lem yang melekat.

"Valda-ya, kau bisa melakukannya, kan? Tetap di sisi Yeonjun dan terus menjaganya? Bisakah kau berjanji?"

Omongan orang tua Yeonjun saat sebelum kami berangkat sekolah di hari pertama masuk SMA dua tahun lalu itu terus membayangiku. Awalnya kupikir itu agak konyol. Bukannya di banyak film dan novel, lelaki lah yang seharusnya mendapat titah soal setia dan menjaga?

Namun sekali lagi, aku mencoba melihat pada fakta. Ini bukan bualan fantasi seperti dalam novel yang sering kubaca. Ini kenyataan. Dan aku tak bisa merancangnya sesuai kemauanku.

Sayang sekali ....

Choi Yeonjun temanku itu ... harus terlahir dengan jantung yang lemah.

"Apakah masih sakit?" tanya Ibu Yeonjun saat pertama kali Yeonjun siuman dari pingsannya. Lihat? Sudah seperti hal biasa melihat Yeonjun berbalut piyama pasien dan aku yang akan menempati kursi di sisi ranjangnya. Menggamit tangannya, bertekad Yeonjun dapat kembali menghadiri kelas di sekolah esok hari. Untuk minggu ini saja, Yeonjun sudah harus dirawat di rumah sakit untuk yang kedua kalinya.

Yeonjun awalnya hanya memandang sayu langit-langit kamar. Aku sudah paham gelagatnya, dia tengah menahan ringisan dengan nyeri pada dadanya. Aku sudah hapal, dan aku terus mencoba menutupi cemasku yang berlebihan tiap melihat dia yang seperti itu. "Hm. Sangat," jawabnya jujur, seraya memejam pelan.

"Yeonie, istirahat saja dulu. Jangan paksakan dirimu, okay?" ujarku, tetap menggamit tangannya sambil mengusap bahunya lembut.

Benar. Ini kenyataan, dan aku tak bisa merancangnya sesuai kemauanku.

***

Yeonjun tak pernah merasakan rasanya berlari dalam hidupnya. Karena berlari yang dapat meningkatkan daya pacu jantung itu tentu akan dapat beresiko besar terhadap kondisinya.

COTTON CANDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang