Benci

456 34 2
                                    

Pov IKI

Mumun benar-benar membuat aku gerah! Bisa-bisanya dia kambing hitamkan aku menjalani hubungan diam-diam dengan bosnya itu.
Aku kasian sama enyak tapi aku harus lakukan ini.

Walau berat aku harus mantapkan langkahku meninggalkan enyak. Aku tak punya pilihan lain selain menjauh dari mumun.

"Iki... Kamu dari mana? Bawa barang banyak banget? Mumun mana?" tanyanya bapak. Aku menghela nafas berat dan tetap masuk kedalam kamar.

"Ada apa?" teriak bapak, yang tampak bersiap lagi hendak bekerja. Tampak jelas bapak sudah siap dengan baju supirnya. Sontak aku berdiri dan menghampiri bapak ke teras.

"Pak..., bapak mau kemana? Mulai hari ini bapak jangan kerja lagi ya? Iki gak mau bapak masih capek di umur segini." ujarku, sedikit bapak menautkan alisnya.

"Bapak senang kerja dengan aden Revan. Lagian bapak gak capek kok malah Happy." tuturnya, aku menghela nafas berat dan coba menghenyak di kursi teras.

"Pak, Iki dah pergi dari rumahnya mumun. Dan rencananya kita akan berpisah." ujarku sedikit mata bapak terbuka.

"Mm-maksud kamu apa ki? Apa Kalian bercerai?" tanyanya, aku reflek menggeleng.

"Belum sih pak, tapi rasanya Iki dah gak sanggup teruskan."ucapku dengan sedikit berdesih.

Plak

Tepukan keras mendarat di kepalaku.

" Bocah semprul! Sembarangan, apa kamu fikir pernikahan itu main-main apa!" bentaknya sedikit aku memegangi kepala yang sontak saja berdenyut.

"Tapi Iki gak punya pilihan lain Pak. Iki harus pergi istri Iki menjalin hubungan dengan Bosnya bapak itu si Revan." ujarku, bapak tampak nanar membulatkan matanya melihatku.

"Aden Revan? Pacaran sama Mumun?" desisnya, aku manyun sembari mengangguk lemes.

"Gak mungkin!" tegasnya.

"Apanya yang gak mungkin sih pak! Muneh itu asistennya. Setiap hari mereka berdua'an." ucapku bapak bungkam sejenak dan kembali bicara.

"Emang kamu punya buktinya?" tanya bapak. Aku kembali mengangguk. Nafas bapak tampak sedikit sesak.

"Jadi Iki mohon. Tolong ya Pak, Bapak gak usah kerja lagi bersama Revan. Iki sudah punya kerj'an pak. Iki akan batalkan kontrak dengan Revan dan fokus bekerja dengan pak Nando saja , Iki sudah punya cukup uang untuk meneruskan hidup kita pak. Gak harus bapak kerja lagi." jelasku. Mata bapak tampak berkaca-kaca.

"Tadinya bapak fikir, kamu tidak akan peduli bapak lagi setelah berkeluarga Nak?" lirihnya. Aku mendegup.

"Maafkan Iki, semenjak menikah jarang berkunjung Pak, Iki bantuin enyak  ngurus tambak lele sama Iki kerja juga." jelasku, bapak tampak manggut-manggut.

"Jadi sekarang hubunganmu sama mumun gimana?" tanyanya, aku terdiam.

"Iki tidak tau pak." lirihku tertunduk.

"Ya sudah, kamu coba bertenang dulu ya. Siapa tau kalian punya jalan keluarnya." tutur bapak. Aku coba menarik ujung bibirku untuk tersenyum.

"Tapi sepertinya tak lagi pak, mungkin. Iki dan Mumun hanya di takdirkan sampai disini." desisku.

"Kita tidak tau kedepannya." ujar bapak bersiap hendak pergi.

"Bapak kemana?"

"Mau antar mobilnya aden Revanlah?" teriaknya. Aku menghela nafas berat.

"Cepat kembali ya pak?" sorakku, bapak mengangguk saat sudah ada dalam mobil.

Malam berkunjung. Aku dan bapak menikmati makan malam kami memesan makanan gofood

SUAMIKU BOCAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang