Kemana aku sandarkan lelahku
Sa'at aku rapuh.
**
*
POV REVAN
Tak terasa sekarang sudah satu bulan saja, semenjak kepergian keluargaku kembali ke singapore, aku terasa canggung. Karna selama ini aku tinggal bersama Rivano. Rasanya sesuatu saja saat aku yang membimbingnya menyelasaikan SMP dan SMA nya disini, sekarang dia sudah besar, dia melanjutkan kuliah bersama mama papa disana, ya walau tidak ada kata perpisahan. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk keluarga. Sekarang aku sendiri disini, menjalani hari-hari dengan karirku seperti biasanya. Tanpa keluarga dan juga cinta. Entah kenapa detik ini aku ingat Lilis. Mungkin ini tidak mudah baginya. Aku tidak mengerti kenapa bisa mama memisahkan mereka, apa yang mama inginkan sebenarnya. Dalam lamunanku terdengar bunyi ponselku berdering. Mataku sedikit terbuka melihat mama Laras menelpon.
"Hallo ma?" ucapku ku angkat.
"Revan? Kamu bohong sama mama? Bryan telah ditemukan? Dan dia sekarang yang tengah mewarisi aset papa disana? Ada apa denganmu Revan? Buka matamu?'ucap mama terdengar tertekan. Aku mendegup dan coba berkata.
" lalu kenapa mah? Oh.. Mama dah tau Bryan di temukan lantas? Apa rencana mama selanjutnya? Mau bunuh dia? Berapa kali mama akan berusaha membunuhnya?"tanyaku. Lagi. Mama Laras terdengar diam.
"Tolong bertindak dengan benar. Coba fikir lagi. Kamu harus angkat bicara sayang, jangan manut saja. Kamu liat, kamu sendiri sekarang? Mereka tak pedulikan kamu? Perusaha'anmu itu hanya segelintir kecil dari kekaya'an papamu nak?" ujarnya, aku meyibak belahan rambutku dan berkata pada mama.
"Harta... Harta.. Harta! Itu saja yang ada di benak mama? Apa mama tidak rindu hidup normal, melakukan hal yang biasa tanpa harus seperti orang yang tidak waras?" gertakku. Untuk sejenak mama bungkam. Namun dia coba menggetarkan bibirnya dengan lirih.
"Mama pernah hidup dengan normal? Mama pernah bahagia? Mama pernah menjadi wanita biasa yang hatinya sangat lembut dan rapuh tapi Revan. Semua itu berubah karna perlakuan Drista dan papamu. Mereka menghancurkan ketenangan dan kebahagia'an mama!" bentaknya. Aku mendegup dan berkata dengan tak habis pikir.
"Lantas apa mama bahagia dengan dendam ini?" tanyaku. Mama terdiam sejenak. Kembali aku getarkan bibirku untuk berucap.
"Gak kan? Mama tidak pernah tenang? Mama selalu disibukkan dengan sakit hati dan tentang bagaimana cara menghancurkan mereka bukan?" tuturku.
"Kamu begitu menyanyangi mereka?" tanya mama dengan lirih.
"Tentu saja aku menyayangi mereka? Mama harus bisa menerima semua ini ma, dan hidup lah dengan tenang maka mama akan bahagia." ujarku.
"Mereka tidak pernah menganggap anakku ada, dan bodohnya anakku selalu setia menyayangi dan mencintai mereka? Aku bahkan tidak sanggup membunuh Bryan dengan tanganku bahkan Drista dia mampu merencanakan pembunuhan begitu rapi, aku hampir saja kehilangan nyawaku dan dia telah membunuh bibikmu Revan!" ujarnya terdenngar sedikit menghardik. Aku menautlan alis tak habis pikir.
"Apa maksud mama?" tanyaku.
"Ya, mamamu tersayangmu itu, pembunuh. Kamu berfikir aku wanita kejam bukan? Dia lebih kejam Revan! Dia pembunuh!" tegasnya lagi. Aku terdiam semakin tak habis pikir.
"Aku tidak percaya!" singkatku. Mama terdengar berdesih.
"Terserah...., mama tidak akan memaksamu untuk percaya, namun polisi tidak akan pernah salah dalam menyimpulkan, mereka temukan bahan peledak diantara puing-puing mobil, dan semua bukti sudah menyatakan itu memang Real pembunuhan. Tapi terserah jika kamu masih ingin mencintai mereka dan mengabaikan mama disini." jelasnya, aku diam saat mama mematikan panggilan itu. Ini terdengar sangat membingungkan. Tapi bagaimana jika semua ini benar, mama akan semakin Dendam pada mama Drista dan situasinya suatu saat situasi bisa saja tidak kondusif. Sungguh aku tidak ingin ada perpecahan begini aku sudah sangat tenang dengan jalan hidupku, dan aku juga sudah nyaman dengan semua ini. Tapi mama Laras. Dia hanya ingin menuntut ketidak adilan. Jika itu memang benar. Tapi mama juga salah dengan memilih dendam. Ini akan terasa sangat rumit sekali nanti. Entah kenapa aku tidak ingin menyakiti siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BOCAH!
RomanceSelisih umur kagak tanggung-tanggung 9 tahun, Saat nanti Muneh ribetin uban di kepalanye, lah Aye ribetin buat nyari yang lebih bohay