Rindu.

458 30 2
                                    


POV IKI

Hari ini bapak gak kerja lagi, aku juga lagi bersantai gak akan ada garap iklan selama dua hari kedepan, akhirnya aku memutuskan untuk membawa bapak jalan-jalan kekampung. Aku kangen rumah nenek dan keluarga bapak disana, selain aku bete. Karna galau juga sempat minggat dari rumah Mumun. Entah kenapa aku bisa gila jika terus-terusan begini.

"Si tampan  cucu kesayangan nenek, bintang iklan terkenal,." sambut ibundanya bapak, saat kami sudah sampai dirumah ini. Jarak kampungku dari kota jakarta tak begitu jauh hanya menempuh dua jam perjalanan.

"Nenek lebai ah.." ucapku mengecup punggung tangan orang tua itu.

"Ternyata kamu lebih tampan dari pada di tipi nak?" ucapnya mengelus-ngelus rambutku.

"Ibuk gimana kabarnya?" sapa bapak juga.

"Gak apa... Biasalah orang tua juga kayak gini. Sakit-sakitan"ucapnya.

" Cu kamu duduk dulu ya, oh iya waktu nikahan kamu  bapakmu kasih tau mendadak  nenek gak bisa datang jadi kapan resepsinya?"tanya nenek. Sontak aku dan bapak terdiam nenek melihat reaksi kami yang sontak kikuk.

"Ada apa?" tanyanya. Aku sedikit nyengir dan coba menyambar botol keripik yang ada di tangan nenek.

"Sini nek... Iki kangen makan keripik nenek." ujarku, nenek terbolongo melihat glegatku.

"Ada apa?" tanyanya.

"Gak ada apa-apa kok buk." timpal bapak. Aku coba mengalihkan pembicara'an .

"Iki datang buat nengok kuburan ibuk nek, waktu pulang kampung kemaren. Bapak tak kasih liat Iki." jelasku dengan nyengir.

Sekarang gantian mereka berdua yang diem.

****

Sore berkunjung dengan bersusah payah aku ngajak bapak ke makamnya ibuk.

"Mana pak? Makamnya ibuk?" tanyaku.

"Itu.." tunjuknya, aku mendekat sembari melihat batu nisan kuburan itu.

"Jo-ko?" bisikku, saat aku mencoba baca papan nisan yang udah pudar.

"Lah pak? Nama ibuknya Iki joko?" tanyaku lagi, sedikit bapak tepuk jidat.

"Yang ono noh.." tunjuknya lagi, sontak aku mendekat kesamping.. Gak ada nisan tapi semennya berukir

"Dermawan.." ejaku.

"Pak, ini gimana sih. Sebenarnya yang mana!" bentakku. Bapak tampak menyisir setiap kuburan dengan telaten. Aku  coba menautkan alis melihat glegat bapak.

"Jauh banget ya pak? Tapi tunjuknya sekitar sini?" tanyaku membuntutinya.

"Diam lu ah.. Namanya juga orang lupa."

"Yang ini...!" tunjuknya, aku mendekat sembari melihat detail kuburan itu dan nisannya.

"Mana gak ada namanya." ujarku mengerinyitkan dahi.

"Ya itu.., itu makamnya  ibuk kamu." tukas bapak. Aku sedikit menghela nafas berat.

"Emang nama ibuk siapa ya pak?" tanyaku.

"Rosi..!" singkatnya, aku kembali menautkan alis.

"Gak.. Waktu itu bapak bilang Rena?" ujarku.

"Ya itu Rena rosita, lagian kamu dah tau masih nanya!" gerutunya. Aku menaburi makam itu dengan bunga dan mengecup nisannya.

"Buk..., Ibuk tau. Belakangan Iki sudah sangat bahagia. Dapat mertua sebaik enyak. Serasa Iki dapat pengganti sosok ibuk yang hilang. Tapi sekarang Iki harus tinggalin enyak, karna...-" ucapanku terhenti karna aku terasa sesak. Saat membayangkan pengkhianatan Mumun. Sedikit aku terisak dan secepat kilat menghapus air mataku.

SUAMIKU BOCAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang