Siap share sebanyak-banyaknya?
Okey!
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
POV LILIS MAEMUNEH.
Sore berlalu, warna langit kini telah meredup menyamarkan warna jingga, bunyi kumandang adzanpun juga sudah menggema. Namun Iki belum juga kembali. Hingga malam berkunjung. Kami sekeluarga tampak menunggu Iki di meja makan. Hatiku sudah mulai kacau. Tadi sore aku sempat telfon dia tapi tak diangkat hingga sekarang nomornya sudah tak aktif lagi. Mataku berkaca-kaca melihat ke arah pintu.
"Sudah, kita makan duluan aja Mun, mungkin Iki kejebak macet." ujar enyak mengambil piring. Aku tertunduk dan tak terasa air mataku merintik sedih aja, aku di diamkan begini aku cemas, khawatir, rindu, gelisah dan segalanya bercampur menjadi satu.
"Mun..., lu gak usah nangis! Laki pulang telat itu biasa. Udeh lu makan." titah babe, sedikit aku hapus air mata dan berdiri.
"Aye belum laper Beh.." singkatku berdiri, hati aye rasanya kacau sekali. Duta yang kebetulan duduk disampingku itu tampak girang menyambar potongan ayam.
"Ya udah... Ayamnye buat aye yak." sambarnya riang. Aku tidak peduli wajahku manyun melangkah kekamar.
"Is is Duta...!" bentak enyak.
"Ya pan, katanye Mumun gak laper nyak."
Sesampai di kamar aku menghempaskan badanku di atas kasur, sedikit aku lirik jam didinding sudah mulai menunjukkan setengah delapan malam. Kembali hatiku sakit dan aku menangis terisak-isak. Tak butuh waktu lama terdengar bunyi motor Iki masuk ke teras. Sedikit aku telan tangisku dan coba beringsut duduk.
"Selamat malam semua..."sapa Iki menghampiri orang-orang yang ada di rumah makan. Aku berdiri dipintu melihat Iki menyapa enyak.
" Eh kebetulan Iki, dari tadi kita semua dah nungguin lu, udah langsung makan ya?"ujar enyak. Aku kembali kekamar memperbaiki riasanku karna sempat luntur tadi karna menangis.
"Mumun mana Nyak?" tanyanya.
"Mumun katanye gak laper. Udah lu makan aje dulu, nanti baru temui dia " timpal Duta begegas aku menghampiri lagi mereka di ruang makan.
"Siapa bilang aye kagak lapar. Aye laper kok, sini!" ujarku menghenyak dan menyambar kembali potongan ayam di piring Duta. Enyak dan babe tampak terkekeh.
"Mun.. Kamu ambilin nasi Iki ya."titah enyak
"Baik nyak..." sigapku menjangkau baki, Melihat usahaku itu Iki hanya senyum-senyum.
"Apa hari ini Lu yang masak Mun?" tanyanya, sedikit aku tersipu dan mengangguk.
"Mmmm, pasti makanan ini lezat sekali."ucapnya pelan, aku meletakkan piring di depannya dan mengambilkan sepotong ayam bakar.
"Kamu coba'in deh Ki." titahku.
"Baik.." singkatnya menelan sesendok nasi. Melihat Iki makan dengan lahap aku coba bertanya.
"Kamu lapar ya? Seharian kemana aja?" tanyaku. Sedikit Iki berhenti dari geraknya menyendok makanan.
"Tadi memang ada sedikit lembur, sama itu aku ada urusan?" ujarnya. Sedikit aku menautkan alisku
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BOCAH!
RomanceSelisih umur kagak tanggung-tanggung 9 tahun, Saat nanti Muneh ribetin uban di kepalanye, lah Aye ribetin buat nyari yang lebih bohay