***
Hari-hari Sam berubah, semenjak memutuskan untuk lebih membuka hatinya untuk Carol, perubahan dalam hidupnya langsung segera dapat ia rasakan. Semakin mengenal Carol, ia jadi semakin paham akan sifat asli istrinya, dan hal itu membuat Sam mengerti jika sifat buruk istrinya masih kalah jauh dengan sifat baiknya yang disukai oleh para penghuni rumah, para pelayan saja maklum dan biasa saja menghadapi kemanjaan Carol, tapi selama ini kenapa Sam malah merasa kesal, harusnya sebagai suami ia paham jika Carol yang manja akan menjadi semakin manja ketika sedang hamil.
Sam harus banyak belajar dan mempunyai kesabaran yang ekstra, apalagi istrinya masih sangat muda, sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sudah mempunyai pengalaman yang luas.
Sam pun memperbanyak rasa syukurnya, mungkin ini sudah takdirnya, mempunyai istri seperti Margaretha Caroline, gadis muda yang begitu sangat menggilainya hingga Sam sampai kuwalahan saat menghadapinya.
"Sepi ya nggak ada Adrian." Keluh Carol membuat senyum Sam seketika luntur, istrinya ini bisa saja membuat mood Sam langsung down gara-gara membahas pria lain ketika mereka sedang berdua.
"Hhh... Dia sudah bahagia berada di hotel, jabatannya sudah lebih tinggi disana." Ujar Sam dengan nada tak suka.
Saat ini mereka sedang pergi ke rumah sakit untuk check kandungan, tak terasa kandungan Carol sekarang sudah berusia enam bulan, selama ini Sam begitu sangat protektif dan menjadi suami siaga untuk istrinya. Membuat kesehatan Carol semakin membaik dan tentu hatinya selalu berbunga-bunga setiap harinya.
"Aku kangen pancake buatan Adrian." goda Carol dengan senyuman jahil, ia suka sekali memanas-manasi suaminya, padahal Sam sudah sering sekali cemburu padanya tapi sampai saat ini masih belum juga menyatakan perasaannya.
"Setelah pulang dari rumah sakit, kita mampir ke restoran berbintang, kamu bisa makan pancake lezat disana sampai kenyang, pasti jauh lebih enak dari pancake buatan Adrian." Ujar Sam dengan nada suara yang sudah tak bersahabat, dan Carol selalu suka akan hal itu.
"Aduh..." Keluh Carol tiba-tiba membuat Sam langsung menoleh kearah istrinya.
"Ada apa?" Tanya pria itu panik.
"Pinggangku tiba-tiba sakit dibuat gerak." Dusta Carol, padahal ia sedang ingin melihat suaminya khawatir.
"Ayo kemari!" Sam pun menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya, lalu memijat pinggang Carol dengan lembut untuk menghilangkan rasa sakitnya. Semenjak mereka sepakat untuk lebih terbuka, Sam jadi semakin perhatian pada istrinya.
"Maaf semalam aku lembur, makanya nggak sempat mijitin kamu." Ungkap Sam sembari mengecup kepala Carol."Kalau capek nggak usah mijitin, aku nggak apa-apa kok."
"Tapi perut kamu semakin besar, kamu pasti makin lelah membawanya kemana-mana."
"Aku emang capek, tapi yang lebih penting itu, aku bahagia bisa mengandung anak kamu, udah aku bilang kan cuma aku yang bisa melakukannya." Carol mendongak keatas menatap wajah suaminya.
"Ya! Aku percaya, terimakasih sweety." Ungkap Sam dengan mata berkaca-kaca, tak ada yang lebih membahagiakan lagi bagi Sam kecuali akan menjadi seorang ayah diusianya yang sudah menginjak kepala empat.
Cup
Sam pun lantas melumat bibir mungil istrinya, mencumbu dengan mesra hingga ia tak peduli akan adanya orang lain yang tengah mengemudi didepannya.
***
Kandungan Carol semakin banyak kemajuan, sudah tidak lemah lagi seperti bulan-bulan lalu, pergerakan bayinya juga semakin aktif membuat Sam begitu terharu, ia sampai tak percaya jika itu adalah bayinya, bayi yang selalu ia impi-impikan selama ini, ini seperti mimpi, mimpi yang menjadi kenyataan.
"Kenapa lihatnya sampai kayak gitu? Dari tadi kamu diem aja pas kak Gina jelasin semuanya, apa ada yang salah lagi?" Tanya Carol dengan tatapan sedih.
"No! Enggak sweety, aku... Aku cuma... Masih belum percaya." Tiba-tiba Sam langsung membawa istrinya duduk di bangku yang terdapat didepan poli, meski banyak orang Sam tak peduli jika mereka semua akan mengatainya laki-laki cengeng.
"Mas... Kamu kenapa?" Carol jadi cemas, tiba-tiba suaminya memeluknya dengan erat dan menangis sesenggukan seperti ini, ia jadi berpikir macam-macam.
"Aku cuma terharu, aku... Aku akan memiliki bayi, anak kandungku, ini seperti mimpi." Ungkap Sam pada Carol, Carol pun langsung ikutan berkaca-kaca, ternyata suaminya memang begitu mempikan seorang anak selama ini, sampai segitunya, Carol jadi tak tega.
"Iya, ini anak kamu, milik kamu, buah hati kita, meskipun dengan paksaan, kamu akan jadi ayah." Ujar Carol sembari mengusap-usap punggung suaminya untuk memenangkannya. Carol benar-benar terharu, ia ikut bahagia melihat kebahagiaan suaminya.
"Dia hidup, dia bergerak didalam perut kamu, dia selalu menendang ketika aku sentuh, dia nyata, dia benar-benar ada. Aku minta maaf karena selama ini sudah sering menyakiti kamu, aku sungguh merasa bersalah."
"Aku maafin, asal kamu jangan ulangi lagi, kalau sekali lagi kamu ngeraguin aku, maka aku akan pergi dan nggak akan kembali lagi. Kamu akan sendirian tanpa aku dan baby, masa tua kamu akan suram tanpa kebahagiaan." Nada bicara Carol memang tenang, tapi kata-katanya mampu membuat hati Sam ketakutan.
"Ya, apapun yang terjadi, aku akan lebih percaya sama kamu." Ungkap Sam dengan sungguh-sungguh, membuat senyum Carol langsung mengembang. Akhirnya... Kesabarannya selama ini membuahkan hasil, setelah ini Carol yakin jika Sam pasti akan segera menyatakan perasannya.
***
Setibanya di rumah, Carol dikejutkan dengan kedatangan Brenda, mobil wanita itu sudah terparkir didepan rumah megah Sam, kira-kira mau apa wanita itu datang kesini? Padahal selama ini Brenda sudah tak pernah datang dan menemui Sam, tapi kenapa sekarang malah kesini lagi.
"Buat apa sih dia kesini? Kamu ngundang dia?" Tanya Carol pada sang suami dengan nada ketus.
"Aku juga nggak tau kenapa dia kesini, dan aku nggak pernah undang dia sama sekali." Jawab Sam dengan tenang, ia tak boleh terpancing emosi, ingat istrinya harus ia hadapi dengan sabar tanpa emosi.
"Kamu nggak boleh nemuin dia, biar aku sendiri yang bicara sama dia."
"Ck, sweety buat apa kamu temuin dia? Biar aku yang menyuruhnya pergi, kamu pasti lelah nan-"
"Atau kamu emang bener-bener belum bisa move on ya dari dia? Bilang aja kamu masih su-"
"Oke-oke! Silahkan kamu temui dia, dan asal kamu tau, aku sudah melupakannya sejak lama, dan aku nggak pernah suka sama dia, aku cuma nggak mau kamu diapa-apain sama wanita culas itu." Sahut Sam mengalah, berdebat dengan Carol memang tak pernah ada habisnya, istrinya itu selalu saja harus mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Sayang... Aku bukan wanita lemah yang akan diem aja ketika suaminya diganggu, kamu mau lihat aku nangis doang, hey! Itu bukan gaya aku, pokoknya aku mau bicara sama dia."
"Iya manis iya... Dan aku akan awasi kalian berdua, jika sewaktu-waktu Brenda nyakitin kamu, aku bisa segera datang untuk melindungi kamu."
"Hm, i love it." Senyum Carol kembali mengembang, ia akan selalu bahagia kalau sikap suaminya seperti ini padanya. "Muach!" Carol pun langsung mencuri ciuman dibibir Sam, lalu segera beranjak keluar dari mobil duluan meninggalkan suaminya.
"Sweety tunggu!" Seru Sam, lalu iapun segera mengejar istrinya.
Sam tahu jika Carol adalah wanita yang tangguh, pemberani dan penuh ambisi, Carol tak pernah takut akan apapun meski kepada Brenda yang terkenal licik sekalipun, karena wanita itu sendiri tak kalah liciknya dari Brenda. Tapi tetap saja, Sam takut jika Brenda sampai berbuat macam-macam kepada istrinya, karena jika hal itu sampai terjadi, maka Sam akan benar-benar membuat perhitungan dengan mantan istrinya itu.
***
bersambung...
mau diapain tuh Mpok Brenda sm sweety? 🤪 Vomment yang banyak Lo ya!
AYO PROMO 100rb dapet 5 PDF masih berlaku, khusus yang Bebe, sexy Fiancee, baby In My Life, Raj, Doctor my love, brother for jevin, sm my Handsome Devil ya! SUAMIKU juga udah ada PDFnya, 50k ya! Silahkan wa aq 085854904480, pembayaran lewat tf bank.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)
RomanceMargaretha Caroline, gadis cantik penuh ambisi, penuh obsesi dan penuh dengan optimisme yang tinggi, hidupnya bergelimang harta, ia adalah seorang tuan putri yang akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, putri tunggal dari seorang konglomerat...