***
Apa maksud Edward, bagaimana mungkin pria satu ini bisa menfitnah Carol sekeji ini? Carol akui dirinya memang cantik dan banyak sekali pria yang mengejar-ngejarnya, tapi demi Tuhan hati dan tubuhnya hanya ia peruntukkan untuk Sam seorang, Edward bahkan tak pernah ia respon sama sekali. Pria itu sering menyatakan perasaannya pada Carol namun selalu Carol tolak mentah-mentah karena ia memang tak memiliki perasaan yang sama kepada Edward.
Lantas bagaimana bisa pria itu mengaku-ngaku sebagai mantan kekasihnya? Apa Edward sudah gila?
"Ed, kamu jangan gila! Mana pernah aku jadi kekasih kamu, kamu sentuh seujung jari pun aku nggak sudi, jadi mana mungkin kita berhubungan badan, jangan ngimpi kamu!" Seru Carol dengan penuh emosi, enak aja si Edward datang tiba-tiba dan langsung menfitnahnya seperti ini. Carol benar-benar tak terima.
"Carol sayang... Tuan putriku yang cantik jelita, apa kamu lupa malam panas kita waktu itu ha? Kita menghabiskannya berdua di hotel, kamu bahkan minta berkali-kali sama aku. Kamu kok mudah banget melupakannya begitu saja?" Edward semakin gila dalam mengarang cerita, Carol sungguh kesal setengah mati, ingin rasanya ia menjambak rambut Edward dan membenturkan kepalanya ke tembok, tapi itu tidak mungkin, Carol mungkin adalah wanita bar-bar, tapi ia bukanlah wanita kasar yang sukanya main kekerasan.
"Mas Sam! Jangan percaya sama dia mas! Tolong percaya sama aku, aku nggak mungkin kayak gitu, aku cuma lakuin itu sama kamu, ini anak beneran anak kamu mas kalau kamu masih ragu aku berani tes DNA sekarang juga. Aku mohon jangan percaya sama Edward." Pinta Carol dengan penuh permohonan pada Sam yang sejak tadi masih diam namun wajahnya sudah memerah menahan seluruh emosi.
"Om bukannya mandul ya? Om kan mantan suaminya Tante Brenda, dan Tante Brenda itu Tanteku." Ujar Edward membuat kepalan dikedua tangan Sam kian memutih, Sam rasanya sudah sangat gatal ingin menonjok wajah sialan Edward hingga babak belur.
"Diam kamu sialan!" Desis Sam dengan penuh penekanan.
"Saya ini peduli sama om, saya kasihan lihat om dibodoh-bodohi sama wanita satu ini. Dia itu suka gonta-ganti laki-laki lho om, om tuh jangan mau-mau aja diperalat sama dia." Imbuh Edward semakin memanas-manasi Sam.
"CUKUP ED CUKUP!!!" Bentak Carol dengan emosi yang menggebu-gebu membuat semua orang langsung menoleh kearahnya. "Kamu tuh kenapa sih? Kamu mau balas dendam karena aku sering nolak kamu ha?"
"Kh! Lihat om, istri om udah mulai keluar wujud aslinya, aslinya dia itu bar-bar, bahkan hamil aja dia masih kayak gini, oh... Apa jangan-jangan dia itu anak aku? Sayang, kita melakukannya kan setelah kamu lakuin hal itu sama om Sam, apa jangan-jangan itu anakku ya?"
"Jangan ngaco kamu! Ini anak mas Sam, bukan anak kamu." Carol memeluk perut buncitnya, wajahnya sudah basah oleh airmata, emosinya terkuras dan mulai tak terkontrol, ia takut, sungguh takut jika suaminya akan lebih mempercayai Edward ketimbang dirinya, Carol harus bagaimana?
"Ayo kita pulang!" Ajak Sam sembari menarik tangan Carol.
"Tap-"
"PULANG!!!" Sentak Sam dengan penuh emosi membuat Carol langsung mengatupkan bibirnya, ia sungguh takut, takut sekali jika Sam akan marah padanya dan meninggalkannya, Carol tak bisa.
Akhirnya Sam pun membawa Carol pulang begitu saja tanpa mempedulikan Edward dan Brenda, Sam sudah tahu apa yang harus ia lakukan.
"Gimana tante? Keren kan?" Tanya Edward pada Brenda.
"Good job boy! Gila Sam sampai bentak Carol kayak gitu, ngeri tau nggak. Bentar lagi mereka berdua pasti bakalan cerai, dan Tante udah nggak sabar untuk merebut kembali posisi Tante, yaitu menjadi nyonya Samudera." Ungkap Brenda dengan tawa bahagia tanpa mengetahui jika sejak tadi Bian terus mengamati tindakan serta ucapan mereka berdua.
***
"Mas tolong percaya sama aku." Ungkap Carol terus menerus tanpa henti, namun Sam hanya diam saja sembari merengkuh tubuh istrinya, Sam tak mengatakan apapun sejak tadi membuat Carol benar-benar merasa takut.
Sikap Sam sungguh tak jelas, disatu sisi pria itu hanya diam saja membuat Carol kecewa, tapi disisi lain pria itu malah terus memeluk Carol seolah tengah menenangkannya. Carol jadi bingung, sebenarnya suaminya itu ada dipihak mana?
Sampai akhirnya mereka tiba di rumah, sikap Sam tetap sama. Pria itu menuntun istrinya sampai masuk ke dalam kamar. Setelah mereka masuk ke dalam kamar barulah Sam buka suara.
"Kamu istirahat, kamu pasti lelah." Titah Sam pada Carol yang masih menangis sesenggukan.
"Percaya sama aku..." Gumam wanita itu dengan suara lirih, suaranya bahkan sudah serak karena terus menangis. Sam bingung pikirannya kacau, semuanya tak semudah itu, kenapa ada saja hal yang selalu membuat hatinya terombang-ambing? Padahal ia sudah yakin, tapi selalu saja ada hal yang membuat keyakinannya itu kembali goyah.
"Apapun itu, aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Jadi kamu tenang saja, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu." Ungkap Sam dengan sungguh-sungguh. Namun bukan hanya itu yang Carol mau, Carol mau jika suaminya itu percaya padanya dan tak meragukan anak yang ia kandung.
"Aku bahkan bersedia untuk tes DNA, kenapa kamu masih meragukannya juga?"
"Tes DNA tidak segampang itu, apalagi kandungan kamu termasuk rentan." Balas Sam dengan tenang, emosinya entah sudah lari kemana, yang jelas sudah menghilang sejak pria itu melihat istrinya berlinangan airmata.
"Tapi kamu..."
"Ssstt... Aku masih ada urusan, jadi aku keluar dulu. Kamu harus banyak-banyak istirahat, setelah ini aku akan suruh Tina untuk antar makanan buat kamu." Sahut Sam sembari menyentuh pipi Carol dan menghapus airmata istrinya.
Carol hanya diam, ia kesal karena tidak puas dengan jawaban Sam, kenapa suaminya itu sangat sulit sekali untuk mengatakan percaya? Kenapa? Apa memang sesulit itu Sam untuk percaya pada Carol? Katanya cinta?
"Jangan memikirkan hal apapun. Ingat satu hal! Apapun itu, aku akan tetap menjadi milik kamu. Aku pergi dulu!"
Cup
Sam mencium dahi Carol, dan Carol hanya diam saja. Wanita hamil itu seakan malas untuk membalas ciuman Sam. Sam kembali membuat Carol kecewa dan itu sungguh sangat menyakitkan.
"Meskipun kamu nggak ngelepasin aku, tapi buat apa kalau kamu tetep nggak percaya kalau ini anak kamu?" Gumam Carol dengan nada sedih setelah kepergian Sam. Wanita itupun merebahkan dirinya, lalu kembali melanjutkan tangisannya, tangisan yang semakin memilukan dan menyayat-nyayat hatinya.
Oh tuhan... Apakah memang sesakit ini mencintai seorang Samudera Indra Tanaya? Apakah ini karma karena Carol terlalu memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan Sam? Jika saja Carol bisa mendapatkan Sam dengan cara yang normal, mungkin semua ini tak akan pernah terjadi.
***
bersambung...
Banyakin vomment yah! ❤️❤️❤️ Makin pelik nih masalah rumah tangga 😁
Hot promo masih tersedia... Kalian bisa chat aq ya! 085854904480 100k dpt 4pdf murce kan? Buruan!
Lo
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate (Tersedia Ebook Di Google Play/Pdf/Karyakarsa)
RomanceMargaretha Caroline, gadis cantik penuh ambisi, penuh obsesi dan penuh dengan optimisme yang tinggi, hidupnya bergelimang harta, ia adalah seorang tuan putri yang akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, putri tunggal dari seorang konglomerat...